Selasa, 29 Mei 2012

Berpetualang Bersama Sahabat Part 20


Mereka pun melanjutkan perjalanan. Sampai 5 jam sudah mereka berjalan mencari makanan dan jalan keluar tapi tidak ketemu juga. Tubuh mereka pun mulai lemas dan juga kelelahan. Iqbaal pun terjatuh karena tidak kuat lagi.

“ehhh, baal. Kamu kenapa. Kok jatuh begini. Ayo donk. Kita harus cepat – cepat sampai” ujar ray yang kaget melihat iqbaal jatuh. Untung saja dengan sigap ray pun menangkap tubuh iqbaal sehingga iqbaal tidak jatuh ke tanah.

“aku nggak kuat, kak. Hhh....hhh...” ujar iqbaal

“nggak, baal. Kamu pasti kuat” ujar ray yang mendudukan iqbaal di depan pohon besar

“kak, iqbaal udah lemes banget. Nggak bakalan kuat, kak” ujar iqbaal putus asa

“iqbaal, ayo. Kamu pasti bisa. Kamu harus yakin kalau kamu pasti bisa, baal. Ayo” ujar ray

“nggak, kak. Aku nggak kuat. Kalau kakak mau duluan, kakak duluan aja deh” ujar iqbaal

“nggak, baal. Aku nggak bakalan tinggalin kamu sendirian. Seperti yang kamu bilang sendiri, baal. Kita berangkat bareng pulang pun harus bareng” ujar ray

“hmmm, makasih ya, kak” ujar iqbaal

“udah sini.  Gw papah lu. Dari pada pingsang” ujar ray

            Iqaal dan ray pun terus berjalan menyusuri hutan. Iqbaal pun di papah oleh ray karena dirinya sudah lemah dan hampir pingsan

“kak, perut aku sakit banget” ujar iqbaal

“baal, tahan, ya” ujar ray yang masih saja memapah iqbaal

“hhhh....mamah....kak ody...sakiiit...” rintih iqbaal yang sudah mulai menangis

“baal, tahan dulu. Aku juga lagi nyari buah – buahan nih. Kamu tahan dulu, ya” ujar ray

“tapi, kak” ujar iqbaal

“udah, nggak usah banyak ngomong. Nanti tenaga kamu terkuras” ujar ray.

            Sementara itu di perkemaha. Teman – temannya dan para panitia pun masih saja cemas.  Teman – temannya duduk mengelilingi api unggun.

“gw, ngerasa nggak enak deh. Pasti ada sesuatu yang terjadi sama iqbaal atau sama ray deh” ujar deva

“deva, udah kamu tenang dulu, ya. Kakak yakin mereka pasti baik – baik aja.” Ujar ify

“nggak, kak. Dari kecil kalau aku atau iqbaal ada apa – apa salah satu di antara kita juga pasti ngerasain juga” ujar deva

“kekuatan batin” ujar oik pelan

“apa, ik” ujar ify yang nggak mendengar omongan oik

“kak, oik yakin. Pasti deva sama iqbaal sama – sama saling mempunyai kekuatan batin. Contohnya yang di bilang deva, kak. Deva atau iqbaal pasti ngerasain sesuatu jika salah satu di antara mereka ada apa – apanya. Itu kekuatan batin, kak. Oik yakin itu. Oik juga pernah ngerasain hal yang sama, kak. Dulu, kak. Oik pernah ngerasain hal yang sama dengan almh. Kembaran oik” ujar oik

“kamu punya kembaran, ik?” tanya keke

“iya, ke. Tapi itu dulu. Sewaktu sd dia meninggal” ujar oik

“jadi gimana, nih. Aku yakin pasti ada apa – apanya sama iqbaal” ujar deva

“kamu tenangin pikiran kamu dulu ya, dev. Mau aku ambilin teh anget” ujar keke

“nggak usah, ke. Biar nanti aja aku ambilin” ujar deva

“tapi, dev” ujar keke

“iya....iya...ah...” ujar deva. Keke pun bergegas mengambilkan teh anget untuk deva. Tiba – tiba kakak panitia pun menghampiri mereka

“gimana. Mereka sudah ada yang balik?” tanya kakak panitia

“belum, kak” ujar obiet.

“lho? Keke mana?” tanya kakak panitia

“lagi ngambilin deva air teh, kak” ujar oik. Tiba – tiba keke pun datang

“emang deva kenapa?” ujar kakak panitia

“nggak tahu, kak. Dari tadi pagi mukanya udah pucat. Badannya juga panas dingin. Di suruh makan dari tadi juga nggak mau” ujar keke

“kamu istirahat di tenda perawatan aja, ya” ujar kakak panitia

“nggak, kak. Kalau iqbaal belum ketemu deva nggak bakalan tenang.” Ujar deva

“kalau nggak mau ke tenda perawatan kamu harus makan” ujar kakak panitia

“keke suapin, ya” ujar keke. Muka deva pun memerah karena malu. Kakak panitia pun langsung pergi meninggalkan mereka

“ke, tuh si deva malu. Kalau kamu suapin” ujar bastian

“bastian apa – apaan sih kamu ini. suasana genting begini masih aja bisa bercanda. Yang lain itu lagi mikirin iqbaal sama ray” marah keke

“iya....iya....gw minta maaf” ujar bastain

“maaf....maaf....kamu selalu kayak begitu tahu. Suasana genting ataupun nggak kamu emang kayak begitu, kan. Minta maaf terus. Ujung – ujungnya di ulangin lagi” ujar keke kesal.

“udah, ke. Udah. Jangan buat masalah tambah rumit” ujar deva

“udah 2 hari. Hampir 3 hari mereka hilang. Kalau mereka di terkam harimau gimana?” ujar ify cemas.

“kak ify, mah. Jangan bikin deva tambah cemas donk” ujar deva

“maaf, dev. Kakak juga cemas sama keadaan mereka berdua” ujar ify

            Di tempat lain ray masih terus memapah iqbaal. Tubuh iqbaal sudah sangat lemas untuk berjalan. Ketika ray masih memapah iqbaal, tubuh iqbaal pun merosot. Dan akhirnya iqbaal pun pingsan.

“eh....eh...baal, kamu kenapa. Jangan pingsan begini, donk.” Ujar ray yang panik. Ray pun menggendong iqbaal. Ketika ketemu sama pohon besar ray pun menidurkan iqbaal di pangkuannya. Dan menepuk – nepuk pipi iqbaal sampai dia sadar

“baal, bangun” ujar ray

“hhh....kakak..” ujar iqbaal

“gimana, baal. Masih sakit.?” Tanya ray

“masih, kak. Nggak kuat iqbaal, kak” ujar iqbaal

“kamu pasti kuat, baal. Percaya sama kakak” ujar ray

“udahlah. Kakak kalau mau duluan, duluan aja. Tinggalin iqbaal disini” ujar ray

“nggak, baal. Kamu pasti kuat. Kamu harus yakin kamu pasti kuat” ujar ray

“tapi kan, kak” ujar iqbaal.

“iqbaal percaya, kan sama kakak” ujar ray

“iya, kak” ujar iqbaal

“ya udah kita lanjutin jalan lagi. Kamu kakak papah, ya. Tadi kakak liat ada seberkas cahaya. Mungkin itu jalan keluar, baal” ujar ray

            Ray pun terus memapah iqbaal sampai ke seberkas cahaya yang tadi dia maksud. Sebenarnya tubuh ray pun sama lemasnya dengan iqbaal. Tapi dia terus menahan agar tubuhnya tidak ambruk. Dan mereka pun ternyata sampai di seberkas cahaya yang ray maksud. Dan ternyata memang benar perkiraan ray. Itu adalah tempat perkemahan mereka. Terlihat teman – temannya yang cemas. Deva yang merasa ada orang yang mendekatinya langsung menengok ke arah belakang. Dan begitu kagetnya dia siapa yang dateng.

“IQBAAL...” teriak deva. Teman – temannya pun juga menengok ke arah mereka dan bersyukur mereka telah kembali. Ify dan deva pun berlari ke arah mereka.

“ray, iqbaal kenapa?” tanya deva

“katanya maghnya kambuh. Dari tadi pagi mukanya udah pucat banget” ujar ray yang langsung pingsan di pelukan ify. Tiba – tiba iqbaal pun juga pingsan.

“ray...ray...ya ampun ray..” ify pun langsung menggendong ray dan membopongnya ke tenda perawatan.

“iqbaal...aduh, baal jangan pingsan begini, donk. Bang kiki, bantuin deva ngangkat iqbaal dong” ujar deva ke kiki

            Lalu deva pun membopong iqbaal ke tenda perawatan di bantu dengan kiki. Kiki pun memakaikan 3 selimut ke iqbaal yang di bawanya. Dan juga tentunya jaketnya dia jadikan selimut untuk iqbaal. Ozy pun memakaikan jaketnya ray yang pernah di pinjamnya. Dan ify pun menyelimuti ray dengan 3 selimut milik deva dan juga jaketnya sendiri. Badannya ozy dan ray pun panas banget. Muka mereka berdua juga sangat pucat. Ozy pun menempelkan bye bye fever di kening iqbaal dan ray. Tak lama kemudian iqbaal pun telah sadarkan diri. Perlahan – lahan iqbaal membuka matanya.

“hhh.....aku dimana” ujar iqbaal pelan

“kamu udah sadar, baal” tanya deva yang khawatir.

“deva?? Aku dimana, dev” ujar iqbaal yang masih lemas

“kamu sekarang udah ada di tenda perawatan. Kakak – kakak panitia udah menghubungi rumah sakit. Sebentar lagi ambulans bakalan dateng kesini. Aku juga tadi udah hubungin bunda kamu sama teh ody. Nanti mereka langsung kerumah sakit” ujar deva

“dev...sakit...” keluh iqbaal

“makan dulu, ya” ujar deva

“tapi, suapin” ujar iqbaal manja

“iya. Udah berapa hari sih kamu nggak makan” ujar deva

“hampir 3 hari, dev” ujar iqbaal

“pantesan aja. Nih, makan dulu” ujar deva sambil menyuapi iqbaal

            Ray pun masih belum sadarkan diri. Selama di hutan dia terus memaksakan diri untuk berjalan dan memapah iqbaal yang saat itu sedang sakit. Tak berapa lama kemudian Ray pun akhirnya siuman. Perlahan – lahan dia pun membuka matanya.

“hhh...” ujar ray yang masih lemas

“aku dimana?” ujar ray bingung

“ray, kamu udah sadar?” tanya ify yang khawatir dengan keadaan ray.

“kak ify? Ray dimana, kak?” tanya ray

“kamu ada di tenda perawatan, ray. Tadi pas kamu udah sampai di tenda perkemahan kamu pingsan, ray” ujar ify

“iqbaal dimana, kak” ujar ray

“tuh, iqbaal lagi di suapin sama deva” ujar ify sambil menunjuk ke arah iqbaal yang lagi di suapin sama deva

“i...qbaal....” ujar ray dengan suara parau. Iqbaal pun menoleh mendengar ada yang memanggilnya

“kak, kakak nggak apa – apa kan?” tanya deva

“gak papa, dev” ujar ray.

“ray, mendingan kamu tiduran dulu, kamu masih belum kuat, ray. Kakak suapin kamu bubur, ya. Kakak ambilin dulu, ya buburnya” ujar ify lalu mengambil bubur untuk di makan oleh ray dan tak lama kemudian ify pun datang dengan semangkuk bubur di tangannya dan ify pun langsung menyuapi ray.

            Setelah ify dan deva menyuapi iqbaal dan ray semangkuk bubur lalu iqbaal dan ray pun tertidur pulas. Dan iqbaal dan ray pun langsung dilarika ke rumah sakit. Karena ambulans sudah datang. Iqbaal dan ray pun di rawat di rumah sakit bakti husada kamar melati nomor 207.

            Tak berapa lama setelah iqbaal dan ray nyampe di rumah sakit, orang tua ray dan orang tuanya iqbaal beserta kakaknya iqbaal pun datang. Tapi sayangnya, iqbaal dan ray sedang di periksa jadi mereka tidak bisa langsung masuk kamar rawat mereka. Tak berapa lama dokter yang memeriksa iqbaal dan ray pun keluar.

“dok, bagaimana dengan adik saya. Dia baik – baik saja kan, dok” tanya kak ody bertubi – tubi.

“tenang dulu semuanya. Mereka semua tidak apa – apa. Hanya saja iqbaal maghnya tambah parah. Maghnya sudah kronis. Jadi mulai sekarang jangan sampai dia makan telat. Dan usahakan dia makan tepat pada waktunya, ya. Kalau ray dia kena gejala typus dan juga sekarang dia punya penyakit magh” ujar dokter tersebut.

“boleh kita masuk, dok” ujar deva

“boleh. Silahkan masuk” ujar dokter

            Mereka semua pun masuk ke ruang rawat iqbaal dan ray. Terlihat iqbaal dan ray masih terbaring lemah di tempat tidur. Dengan sangat tiba – tiba kak ody pun langsung memeluk iqbaal.

“iqbaal....” teriak kak ody

“teteh....” ujar iqbaal

“kamu kenapa sih, baal. Selalu bikin khawatir. Deva bilang ke kakak selama di perkemahan kamu bolak – balik sakit” ujar kak ody

“maafin iqbaal, teh. Bukan maksud iqbaal buat teteh cemas” ujar iqbaal

“ody, sudah tenang dulu. Adik kamu itu lagi sakit. Jangan kamu marah – marahin. Kasian” ujar mamanya iqbaal

            Setelah satu setengan minggu ray dan iqbaal di rawat ray pun telah di perbolehkan pulang ke rumah oleh pihak rumah sakit. Tetapi iqbaal masih harus di rawat karena keadaanya masih belum memungkinkan untuk pulang keruamh.

            Hari ini sudah minggu ke dua iqbaal di rawat di rumah sakit. Kini iqbaal sedang tidur. Deva pun terus – terusan menjaga iqbaal. Sudah berkali – kali kak ody menyuruhnya untuk pulang tapi deva enggan pulang juga.

“dev...” ujar iqbaal yang baru bangun dari tidurnya.

“apa, baal” ujar deva

“kamu pulang aja, ya. Dari pertama aku di rawat kamu belum pernah pulang, lho. Pulang juga kalau kesekolah. Setelah sekolah bubar kamu langsung nemenin aku disini. Kamu pulang aja, ya” ujar iqbaal

“nggak, baal. Aku nggak bakalan pergi sebelum kamu sembuh” ujar deva

“terserah kamu aja lah” ujar iqbaal

            Setelah 3 minggu iqbaal di rawat di rumah sakit. Iqbaal pun di perbolehkan pulang. Deva pun mengantar iqbaal pulang ke rumahnya bersama kak ody dan tentunya orang tua iqbaal. Meski iqbaal sudah di perbolehkan pulang, tetapi dia harus istirahat dan belum di perbolehkan masuk ke sekolah. Di rumahnya iqbaal teman – temannya sudah menanti kedatangan iqbaal. Dan bagi iqbaal itu adalah suatu kejutan untuknya.

“baal, boleh aku ngomong sama kamu” ujar ray

“boleh, kak. Ke halaman belakang aja, yuk” ujar iqbaal

“maaf ya. Baal. Aku selalu saja menghina dan mengejek kalian” ujar ray

“iqbaal udah maafin kok” ujar iqbaal

“untung ya, baal waktu di hutan itu kita tersesat. Coba kalau nggak kita nggak bakalan baikan kayak begini. Ternyata ada hikmahnya juga, ya kita tersesat.” Ujar ray

“iya, kak” ujar iqbaal

“IQBAAL......” teriak deva dari dalam rumah. Ray dan iqbaal pun sampai menutup kuping.

“apaan lagi sih ni anak” ujar iqbaal

“tahu nggak” ujar deva

“nggak tuh” ujar iqbaal

“gw belum ngomong, cungkring” ujar deva kesal

“ye, dasar belo” ujar iqbaal

“nih. Tadi kan gw ngomong ke nyokap lu, gw bilang biar lu sama kak ody tinggal di rumah gw. Kak ody sama kak ify kan sekelas. Nah terus aku juga bilang. Kalau bastian, bang kiki, aldi, keke, oik, sama acha tinggal di rumah gw juga biar kalian berangkat sekolahnya nggak kesiangan. Tapi kalau untuk keke, oik, sama acha mah itu terserah mereka mau tinggal di rumah gw atau dirumah temen – temen cewek gw” ujar deva panjang lebar

“beneran lu, dev” ujar iqbaal

“iya. Tapi dengan syarat kalian semua setiap hari minggu seminggu sekali pulang kerumah masing – masing” ujar deva

“eh, dev. Kalau misalnya keke tinggal di rumah lu. Gw nggak yakin dia bakal baik – baik aja deh. Yang ada lu macem – macemin” ujar iqbaal

“ye...nggak bakalan lagi” ujar deva

            Dan kemudian iqbaal dan kak ody pun tinggal di rumah deva. Aldi tinggal di rumah ozy, kiki tinggal di rumah ray, bastian tinggal dirumah obiet, keke tinggal dirumah nova, keke tinggal di rumah ify, dan juga oik tinggal di rumah olivia. Dan mereka setiap hari minggu selama seminggu sekali pun pulang kerumah masing – masing.

#End#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar