Mereka pun mulai melangkahkan
kakinya untuk memulai mencari harta karun yang terpendam. Ray dan Iqbaal terus
berjalan sesuai dengan peta yang di pegangnya.
“iqbaal,
cepet kenapa sih. Jadi orang lelet amat sih” ujar ray
“iya...sabar
kenapa sih. Capek tahu” ujar iqbaal
“segitu
aja udah capek. Cepetan kenapa” ujar ray
“iya.
Bawel amat dah” ujar iqbaal
“sini
cepetan. Gw bingung sama petanya nih” ujar ray
“kenapa
sih?” tanya iqbaal
“ini nih...kita kan udah
ada di sebelah sini. Nah jalan selanjutnya kemana, ya. Biar sampai ke sini nih.
Ini ada 3 jalan” ujar ray bingung sambil menjelaskan ke iqbaal
“bentar dulu deh. Aku
liat” ujar iqbaal
“heh, baal. Kok loe
malah mundur sih?” tanya ray heran
“kesana tuh” ujar iqbaal
sambil menunjuk suatu arah
“serius lu. Nggak salah
kan?” tanya ray
“iya, ray. Nih kamu liat
aja sendiri deh. Di peta ini kan ada pohon besar. Nah, itu pohonnya besarnya.
Daunnya kelihatan kan??” ujar iqbaal.
“oh iya....pinter kamu,
baal” ujar ray
“ray, tungguin kenapa.
Ini bendaranya nggak dibawa” ujar iqbaal
“loe aja deh yang bawa,
gw malas. Hahahahahahahahahaha......” ujar ray sambil tertawa
“ih...ngeselin banget
sih, lu” ujar iqbaal
“ih..terserah gw donk.
Hak gw ini” ujar ray
Ray
dan iqbaal pun terus berjalan mencari pohon yang tadi di lihatnya, sedangkan
obiet dan acha kelelaha. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat terlebih
dahulu. Supaya tidak terlalu besar energi yang di keluarkan.
“cha, istirahat disini
aja dulu, ya” ujar obiet
“iya, biet. Aku juga
capek banget.” Ujar acha
“kamu pakai jam nggak,
cha” tanya obiet
“nggak, biet. Jamnya aku
taruh di tas” ujar acha
“sama, cha” ujar obiet
“cha, mau minum dulu”
tawar obiet
“makasih ya, biet” ujar
acha
“iya. Sama – sama, cha”
ujar obiet
“terusin lagi yuk, biet.
Nih, biet minumannya. Kamu minum dulu deh. Keringatan tuh kamu. Pasti capek”
ujar acha
“ya udah yuk terusin”
ujar obiet ketika sudah selesai meminum minumannya.
Acha
dan obiet pun melanjutkan perjalanannya. Semua kelompok pun terus mencari dan
mencari. Hari pun mulai gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Perut
mereka pun sudah mulai keroncongan.
“hmmm, gak ada makanan
yang bisa di makan, ya” ujar obiet
“hmmm....itu ada pohon
pisang. Buahnya juga kayaknya udah bisa dimakan. Mau makan pisang gak” ujar acha
“ya udah deh” ujar
obiet. Ketika obiet mau memetik buah pisang. Acha pun langsung melompat ke atas
pohon pisang. Untung saja pada waktu itu acha memakai celana. Obiet yag melihat
kelakuan acha pun kaget
“cha...kamu...” ujar
obiet
“ya, biet. Di desa aku
memang suka manjat pohon – pohon kayak begini” ujar acha
“kamu tomboy, cha” ujar
obiet
“hehe...” acha pun hanya
bisa nyengir
“aku kira kamu feminim.
Habisan gerak – gerik kamu kayak cewek feminim sih” ujar obiet
“hehe..” acha pun
nyengir kembali.
“lanjutin lagi yuk,
biet” ujar acha
“oke” ujar obiet
Obiet dan acha pun meneruskan perjalanan mereka. Iqbaal
dan ray pun terus menyusuri jalanan. Tetapi ray merasakan ada sesuatu yang
janggal.
“baal, tunggu deh” ujar
ray
“kenapa lagi sih, ray.
Hari udah mau gelap nih” ujar iqbaal
“lu nggak ngerasa ada
yang aneh, baal” ujar ray
“aneh gimana sih. Maksud
kamu apa?” tanya iqbaal
“kayaknya kita udah
bolak – balik ke tempat ini deh. Lu liat pohon itu deh. Gw ngerasa udah
ngelewatin itu pohon berkali – kali, baal” ujar ray
“aduh, ray. Yang namanya
pohon itu sama semuanya” ujar iqbaal yang mulai geregetan.
“gak, baal. Gw serius.
Seratus rius malah. Coba kamu liat bendera yang ada di sana deh. Itu kan bender
kita, baal” ujar ray
“oh iya, ya. Tapi kok
bisa sih” ujar iqbaal
“mana gw tahu. Gw aja
kagak tahu” ujar ray
“aduh gimana donk ini,
ray. Jangan – jangan kita kesasar lagi” ujar iqbaal
“rese banget dah.
Pantesan aja perasaan aku udah gak enak dari tadi” ujar ray
“ terus gimana donk”
ujar iqbaal
“kita ambil aja jalan
yang berbeda. Kita lewat sana aja” ujar ray menunjuk ke arah selatan yg berbda
“tapi, ray. Di petanya
gak ada petunjuk ke arah selatan” ujar iqbaal
“udah deh, baal. Lu
ikutin gw aja. Loe maunya apa sih. Gak mau kan lu kejebak disini” ujar ray yang
udah jengkel
“gak. Mendingan kita
balik aja, ray. Gw takut” ujar iqbaal
“hah??? Balik, baal.
Cemen banget sih lu jadi orang. Kita udah jalan setengah perjalanan lebih tahu.
Masa Cuma gara – gara hal beginian aja langsung nyerah begitu aja sih” ujar ray
“tapi kamu emangnya mau
kita kesasar lebih jauh lagi. Gak mau, kan” ujar iqbaal
“okey. Kalau mau begini
aja. Kalau lu mau kita lanjut. Lu ikutin gw. Tapi kalau lu maunya balik. Lu
silahkan balik aja sendiri. Gw akan tetap terus berjuang” ujar ray
“tapi kan ray. Kita
berangkatnya bareng. Jadi pulangnya juga harus bareng dong” ujar iqbaal
“ah terserah kamu aja
deh. Aku mau lanjut” ujar ray
“okey. Okey. Gw ikut lu.
Tungguin kenapa” ujar iqbaal kesal
Iqbaal dan ray pun melanjutkan perjalanan mereka walaupun
dengan langkah yang tak pasti. Iqbaal dan ray pun terus melangkah. Kiki dan ozy
sudah hampir sampai tujuan. Mereka terus membaca teka – teki dan terus berusaha
memecahkan teka – teki tersebut
“zy, liat deh. Ini kan
batu besarnya. Sama persis seperti yang di peta kan” ujar kiki
“iya, bang. Sebentar
lagi kita bakalan nemuin harta karun itu. Eh, tapi liat petunjuk terakhir deh”
ujar ozy
“tapi maksudnya pa, ya.
Coba sini abang liat” ujar bang kiki
“nih, coba abang aja
yang liat” ujar ozy
“nah. Ini dia, zy. Kita
udah deket. Di sekitar sini. Coba kamu lohat deh. Ini kalau di balik ada gambar
emasnya kan. Abang yakin ada di sekitar sini” ujar kiki
“eh, bang. Tunggu deh.
Ini maksudnya apa??” ujar ozy
“sepertinya ini teka –
teki deh, zy. Mungkin kata kunci deh, zy” ujar kiki
“ini kata kuncinya,
bang. Tinggal kita baca, bang” ujar ozy
“gimana bacanya?” tanya
kiki
“gak paham aku, bang.
Kata kuncinya Cuma “aku kepala dan kaki dalam kata” apa maksudnya?” ujar ozy
bingung
“aduh, ozy. Kok bego di
piara sih. Ini tuh Cuma kata kunci doank. Isyarat, zy. Kepala dan kaki dalam
kata. Kaki di bawah, kepala di atas. AHAAAA” ujar kiki
“gak usah pake ngagetin
ozy deh, bang” ujar ozy ngambek
“aduh, ozy ngambek
ceritanya” ujar kiki
“au ah,...” ujar ozy
“udah deh jangan ngambek
begitu. Mendingan kita terusin. Mau di terusin gak nih” ujar kiki
“iya...iya....” ujar ozy
“nih. Kepala kan diatas,
kaki dibawah” ujar kiki
“ya iyalah, bang. Masa
kaki mau di atas. Jalannya gimana?” ujar ozy asal nyeplos
“gini lho, zy. Maksud
abang. Kita ambil tiap kata huruf depan
sama belakangnya terus di satuin coba aja” ujar kiki
“oh begitu, bang.
“dibelakang pohon yang ada di dekat...” ujar ozy menggantung
“BATU BESAR” teriak kiki
dan ozy
“akhirnya....kita nemuin
juga” ujar irsyad
“yeay...kita menang,
bang. Itu ada benderanya, bang” ujar ozy gembira
“abang ambil dulu, ya”
ujar kiki
Saat kiki dan ozy berteriak – teriak kegirangan. Pasangan
deva & keke, olivia & bastian, oik & aldi datang menghampiri
“yach, kita telat deh.
Bang kiki sama ozy udah nemuin” ujar bastian
“siapa cepat dia yang
dapet, bas” ujar kiki
“kalian hebat deh” ujar
deva
Mereka pun berteriak – teriak sambil menunggu peserta
yang lain datang. Tak lama acha & obiet datang di ikuti di belakangnya ify
& nova. Mereka pun terus bersenang – senang bersama. Tetapi di tempat lain
iqbaal dan ray sedang ke susahan. Karena senter yang dibawa ray tiba – tiba
mati.
“yah, kok mati” ujar ray
“tambah gelap aja, donk”
ujar iqbaal
“lu bawa senter lagi
gak. Atau batu batre?” tanya ray
“nggak, ray” ujar iqbaal
“trus gimana kita
jalannya. Gelap nih, baal. Gak ada penerangan sama sekali” ujar ray
“kita mau kemana nih,
ray” ujar iqbaal
“gak tahu, baal. Gw juga
bingung nih baca petany. Kepala aku pusing nih. Baca peta di tempat gelap. Kita
udah di sebelah mana sih, baal” ujar ray
“gak tahu. Gw aja
bingung. Tapi yang pasti ray, ini udah semakin malam dan semakin jauh dari
perkemahan” ujar iqbaal
“gak usah di kasih tahu
juga aku udah tahu. Kalau ini itu udah semakin malam dan juga makin jauh dari
perkemahan” ujar ray
“aduh, baal. Kita dimana
sih....aauuuuuu” ujar ray
“ray, kamu pegang tangan
aku” ujar iqbaal
“baal, please ya tangan
aku jangan di lepas” ujar ray
Ray tidak menyangka kalau ternyata di sampingnya adalah
jurang. Dan ray pun hampir terjatuh ke bawah. Tetapi iqbaal mencoba untuk
menahan ray. Ray memegang tangan iqbaal. Dan iqbaal berusaha menolong ray
dengan menarik tangannya.
“ayo, ray. Naik” ujar
iqbaal
“gw gak kuat, baal” ujar
ray
“udah cepetan. Pegang
tangan gw yang erat. Gw nanti yang narik” ujar iqbaal
Iqbaal terus saja berusaha menarik tangan ray. Tapi yang
terjadi malah sebaliknya. Iqbaal tertarik rio dan mereka pun terjatuh bersamaan
“iqbaal......iqbaal......iqbaal.....”
teriak ray
“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
teriak iqbaal
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
teriak ray
#Bersambung#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar