Selasa, 29 Mei 2012

Berpetualang Bersama Sahabat Part 18


            Mereka pun mulai melangkahkan kakinya untuk memulai mencari harta karun yang terpendam. Ray dan Iqbaal terus berjalan sesuai dengan peta yang di pegangnya.

“iqbaal, cepet kenapa sih. Jadi orang lelet amat sih” ujar ray

“iya...sabar kenapa sih. Capek tahu” ujar iqbaal

“segitu aja udah capek. Cepetan kenapa” ujar ray

“iya. Bawel amat dah” ujar iqbaal

“sini cepetan. Gw bingung sama petanya nih” ujar ray

“kenapa sih?” tanya iqbaal

“ini nih...kita kan udah ada di sebelah sini. Nah jalan selanjutnya kemana, ya. Biar sampai ke sini nih. Ini ada 3 jalan” ujar ray bingung sambil menjelaskan ke iqbaal

“bentar dulu deh. Aku liat” ujar iqbaal

“heh, baal. Kok loe malah mundur sih?” tanya ray heran

“kesana tuh” ujar iqbaal sambil menunjuk suatu arah

“serius lu. Nggak salah kan?” tanya ray

“iya, ray. Nih kamu liat aja sendiri deh. Di peta ini kan ada pohon besar. Nah, itu pohonnya besarnya. Daunnya kelihatan kan??” ujar iqbaal.

“oh iya....pinter kamu, baal” ujar ray

“ray, tungguin kenapa. Ini bendaranya nggak dibawa” ujar iqbaal

“loe aja deh yang bawa, gw malas. Hahahahahahahahahaha......” ujar ray sambil tertawa

“ih...ngeselin banget sih, lu” ujar iqbaal

“ih..terserah gw donk. Hak gw ini” ujar ray

Ray dan iqbaal pun terus berjalan mencari pohon yang tadi di lihatnya, sedangkan obiet dan acha kelelaha. Mereka pun memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu. Supaya tidak terlalu besar energi yang di keluarkan.

“cha, istirahat disini aja dulu, ya” ujar obiet

“iya, biet. Aku juga capek banget.” Ujar acha

“kamu pakai jam nggak, cha” tanya obiet

“nggak, biet. Jamnya aku taruh di tas” ujar acha

“sama, cha” ujar obiet

“cha, mau minum dulu” tawar obiet

“makasih ya, biet” ujar acha

“iya. Sama – sama, cha” ujar obiet

“terusin lagi yuk, biet. Nih, biet minumannya. Kamu minum dulu deh. Keringatan tuh kamu. Pasti capek” ujar acha

“ya udah yuk terusin” ujar obiet ketika sudah selesai meminum minumannya.

Acha dan obiet pun melanjutkan perjalanannya. Semua kelompok pun terus mencari dan mencari. Hari pun mulai gelap. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Perut mereka pun sudah mulai keroncongan.

“hmmm, gak ada makanan yang bisa di makan, ya” ujar obiet

“hmmm....itu ada pohon pisang. Buahnya juga kayaknya udah bisa dimakan. Mau makan pisang gak” ujar acha

“ya udah deh” ujar obiet. Ketika obiet mau memetik buah pisang. Acha pun langsung melompat ke atas pohon pisang. Untung saja pada waktu itu acha memakai celana. Obiet yag melihat kelakuan acha pun kaget

“cha...kamu...” ujar obiet

“ya, biet. Di desa aku memang suka manjat pohon – pohon kayak begini” ujar acha

“kamu tomboy, cha” ujar obiet

“hehe...” acha pun hanya bisa nyengir

“aku kira kamu feminim. Habisan gerak – gerik kamu kayak cewek feminim sih” ujar obiet

“hehe..” acha pun nyengir kembali.

“lanjutin lagi yuk, biet” ujar acha

“oke” ujar obiet

            Obiet dan acha pun meneruskan perjalanan mereka. Iqbaal dan ray pun terus menyusuri jalanan. Tetapi ray merasakan ada sesuatu yang janggal.

“baal, tunggu deh” ujar ray

“kenapa lagi sih, ray. Hari udah mau gelap nih” ujar iqbaal

“lu nggak ngerasa ada yang aneh, baal” ujar ray

“aneh gimana sih. Maksud kamu apa?” tanya iqbaal

“kayaknya kita udah bolak – balik ke tempat ini deh. Lu liat pohon itu deh. Gw ngerasa udah ngelewatin itu pohon berkali – kali, baal” ujar ray

“aduh, ray. Yang namanya pohon itu sama semuanya” ujar iqbaal yang mulai geregetan.

“gak, baal. Gw serius. Seratus rius malah. Coba kamu liat bendera yang ada di sana deh. Itu kan bender kita, baal” ujar ray

“oh iya, ya. Tapi kok bisa sih” ujar iqbaal

“mana gw tahu. Gw aja kagak tahu” ujar ray

“aduh gimana donk ini, ray. Jangan – jangan kita kesasar lagi” ujar iqbaal

“rese banget dah. Pantesan aja perasaan aku udah gak enak dari tadi” ujar ray

“ terus gimana donk” ujar iqbaal

“kita ambil aja jalan yang berbeda. Kita lewat sana aja” ujar ray menunjuk ke arah selatan yg berbda

“tapi, ray. Di petanya gak ada petunjuk ke arah selatan” ujar iqbaal

“udah deh, baal. Lu ikutin gw aja. Loe maunya apa sih. Gak mau kan lu kejebak disini” ujar ray yang udah jengkel

“gak. Mendingan kita balik aja, ray. Gw takut” ujar iqbaal

“hah??? Balik, baal. Cemen banget sih lu jadi orang. Kita udah jalan setengah perjalanan lebih tahu. Masa Cuma gara – gara hal beginian aja langsung nyerah begitu aja sih” ujar ray

“tapi kamu emangnya mau kita kesasar lebih jauh lagi. Gak mau, kan” ujar iqbaal

“okey. Kalau mau begini aja. Kalau lu mau kita lanjut. Lu ikutin gw. Tapi kalau lu maunya balik. Lu silahkan balik aja sendiri. Gw akan tetap terus berjuang” ujar ray

“tapi kan ray. Kita berangkatnya bareng. Jadi pulangnya juga harus bareng dong” ujar iqbaal

“ah terserah kamu aja deh. Aku mau lanjut” ujar ray

“okey. Okey. Gw ikut lu. Tungguin kenapa” ujar iqbaal kesal

            Iqbaal dan ray pun melanjutkan perjalanan mereka walaupun dengan langkah yang tak pasti. Iqbaal dan ray pun terus melangkah. Kiki dan ozy sudah hampir sampai tujuan. Mereka terus membaca teka – teki dan terus berusaha memecahkan teka – teki tersebut

“zy, liat deh. Ini kan batu besarnya. Sama persis seperti yang di peta kan” ujar kiki

“iya, bang. Sebentar lagi kita bakalan nemuin harta karun itu. Eh, tapi liat petunjuk terakhir deh” ujar ozy

“tapi maksudnya pa, ya. Coba sini abang liat” ujar bang kiki

“nih, coba abang aja yang liat” ujar ozy

“nah. Ini dia, zy. Kita udah deket. Di sekitar sini. Coba kamu lohat deh. Ini kalau di balik ada gambar emasnya kan. Abang yakin ada di sekitar sini” ujar kiki

“eh, bang. Tunggu deh. Ini maksudnya apa??” ujar ozy

“sepertinya ini teka – teki deh, zy. Mungkin kata kunci deh, zy” ujar kiki

“ini kata kuncinya, bang. Tinggal kita baca, bang” ujar ozy

“gimana bacanya?” tanya kiki

“gak paham aku, bang. Kata kuncinya Cuma “aku kepala dan kaki dalam kata” apa maksudnya?” ujar ozy bingung

“aduh, ozy. Kok bego di piara sih. Ini tuh Cuma kata kunci doank. Isyarat, zy. Kepala dan kaki dalam kata. Kaki di bawah, kepala di atas. AHAAAA” ujar kiki

“gak usah pake ngagetin ozy deh, bang” ujar ozy ngambek

“aduh, ozy ngambek ceritanya” ujar kiki

“au ah,...” ujar ozy

“udah deh jangan ngambek begitu. Mendingan kita terusin. Mau di terusin gak nih” ujar kiki

“iya...iya....” ujar ozy

“nih. Kepala kan diatas, kaki dibawah” ujar kiki

“ya iyalah, bang. Masa kaki mau di atas. Jalannya gimana?” ujar ozy asal nyeplos

“gini lho, zy. Maksud abang. Kita ambil tiap kata huruf depan  sama belakangnya terus di satuin coba aja” ujar kiki

“oh begitu, bang. “dibelakang pohon yang ada di dekat...” ujar ozy menggantung

“BATU BESAR” teriak kiki dan ozy

“akhirnya....kita nemuin juga” ujar irsyad

“yeay...kita menang, bang. Itu ada benderanya, bang” ujar ozy gembira

“abang ambil dulu, ya” ujar kiki

            Saat kiki dan ozy berteriak – teriak kegirangan. Pasangan deva & keke, olivia & bastian, oik & aldi datang menghampiri

“yach, kita telat deh. Bang kiki sama ozy udah nemuin” ujar bastian

“siapa cepat dia yang dapet, bas” ujar kiki

“kalian hebat deh” ujar deva

            Mereka pun berteriak – teriak sambil menunggu peserta yang lain datang. Tak lama acha & obiet datang di ikuti di belakangnya ify & nova. Mereka pun terus bersenang – senang bersama. Tetapi di tempat lain iqbaal dan ray sedang ke susahan. Karena senter yang dibawa ray tiba – tiba mati.

“yah, kok mati” ujar ray

“tambah gelap aja, donk” ujar iqbaal

“lu bawa senter lagi gak. Atau batu batre?” tanya ray

“nggak, ray” ujar iqbaal

“trus gimana kita jalannya. Gelap nih, baal. Gak ada penerangan sama sekali” ujar ray

“kita mau kemana nih, ray” ujar iqbaal

“gak tahu, baal. Gw juga bingung nih baca petany. Kepala aku pusing nih. Baca peta di tempat gelap. Kita udah di sebelah mana sih, baal” ujar ray

“gak tahu. Gw aja bingung. Tapi yang pasti ray, ini udah semakin malam dan semakin jauh dari perkemahan” ujar iqbaal

“gak usah di kasih tahu juga aku udah tahu. Kalau ini itu udah semakin malam dan juga makin jauh dari perkemahan” ujar ray

“aduh, baal. Kita dimana sih....aauuuuuu” ujar ray

“ray, kamu pegang tangan aku” ujar iqbaal

“baal, please ya tangan aku jangan di lepas” ujar ray

            Ray tidak menyangka kalau ternyata di sampingnya adalah jurang. Dan ray pun hampir terjatuh ke bawah. Tetapi iqbaal mencoba untuk menahan ray. Ray memegang tangan iqbaal. Dan iqbaal berusaha menolong ray dengan menarik tangannya.

“ayo, ray. Naik” ujar iqbaal

“gw gak kuat, baal” ujar ray

“udah cepetan. Pegang tangan gw yang erat. Gw nanti yang narik” ujar iqbaal

            Iqbaal terus saja berusaha menarik tangan ray. Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Iqbaal tertarik rio dan mereka pun terjatuh bersamaan

“iqbaal......iqbaal......iqbaal.....” teriak ray

“aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak iqbaal

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” teriak ray

#Bersambung#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar