Sivia
sama sekali tidak tahu, siapa yang memakai balon itu setelah dirinya. Tapi ia
punya keterangan tambahan yang mungkin bisa membantu memcahkan teka teki itu.
“kemarin banyak peri bertugas mencuci dan melipat taplak
meja yang akan digunakan dipesta hari kedatangan,” ujar sivia, mendaddak ingat.
“mereka menumpukkan semua teplak meja
dan serbet bersih kedalam kereta kereta balon. Lalu peri penyelenggara pesta
datang mengambilnya.” Sivia mengangkat bahu. “mungkin salah satu diantara
mereka memakai kereta yang ada tas beledu di dalamnya?”
Oik
mengucapkan terima kasih kepada sivia.
Tahu tahu shilla sudah meluncur ketengah ruangan, menuju pintu.
“hei, shilla! Tunggu!” seru oik sambila mengejarnya.
Shilla
menunggu diluar ruang cuci. “sudah sepanjang pagi kita bersusah payah!” ujar
shilla, marah. “dan belum juga ada tanda
tanda keberhasilan!”
Oik
tersenyum. Ditepuknya punggung shilla. “tapi kita sudah semakin dekat,” hibur
oik. “perburuan kita justru bertambah panas! Teka teki hampir terpecahkan!
Misteri sebentar lagi terungkap .” mata biru oik berbinar binar. “dan akui
sajalah, ini seru!”
Shilla
membasahi bibirnya dan menyipitkan mata menatap oik. Lalu, tanpa mengucapkan
sepatah katapun, ia berbalik dan melesat menuruni lorong. Tapi, sebelumnya, Oik
sempat melihat binar – binar dimata shilla.
Mereka
menemukan para peri penyelenggara pesta diruang teh. Kalau tidak ada pesta,
para peri ini membantu peri –peri dapur menyiapkan makanan. Ketika oik dan
shilla masuk, mereka sedang menata meja untuk makan siang. Beberapa diantara
mereka membawa nampan dan mangkuk berisi makanan dari dapur, dan meletakkannya
di meja prasmanan.
Perut
oik jadi keroncongan. Ia tahu, ia mungkin takkan sempat makan seharian ini.
Maka ia mengambil sebuah kue sroberi dari meja.
Lalu,
dengan mulut penuh, ia melihat shilla berbicara dengan agni, salah satu peri
penyelenggara pesta. Oik mendekat tepat pada saat shilla sedang bertanya.
“permisi, biri – biriku,” kata shilla dengan manis. “apakah
kau menemukan tas beledu hitam ketika menyiapkan pesta kemarin? Tas itu ada
diantara taplak meja”
Agni
sedang menata garpu dan pisau disalah sayu meja. Tanpa mengangkat kepala, ia
menjawab, “maksudmu, tas beledu yang berisi mahkota?”
Shilla
dan oik hampir tidak percaya. Jadi Agni tahu dimana mahkota itu berada? Mengapa
ia tidak bilang apa – apa pada rapat darurat kemarin?
Shilla
yang duluan bicara. “ya! Ya!” serunya. “tas beledu yang berisi mahkota! Agni,
di mana tas itu?”
Agni
menengadah. Ia tampak terkejut mendengar suara shilla yang gembira. “kami
mengeluarkannya dari tas dan melemparkannya keruang belakang bersama mahkota –
mehkota lainnya,” katanya tenang.
Sekarang
shilla dan oik benar – benar bingung. “mahkota –mahkota lain? Yang mana?” tanya
oik
“mahkota – mahkota untuk pesta,” jawab agni sambil
menumpukkan sendok – sendok dimeja. Lalu ia terbang dan melambai kepada shilla
dan oik, agar mereka mengikutinya. “ayo kesini. Kutunjukkan pada kalian”
Agni
mengajak mereka keluar dari ruang teh menuju ruang makan, tempat pesta sedianya
akan berlangsung. Meja – meja masih berhiaskan taplak meja emas dan sarang laba
– laba. Segalanya sudah siap menyambut pesta yang batal diselenggarakan.
Diujung
ruang makan itu ada pintu kecil bertuliskan GUDANG. Agni langsung terbang
kesana dan membuka pintu. Lalu ia menyingkir kesamping agar shilla dan oik bisa
masuk duluan.
Ruang
itu redup, penerangannya hanya dari sinar matahari yang masuk lewat jendela
kecil di bagian atas dinding. Mula – mula, shilla dan oik Cuma bisa melihat
samar – samar apa yang menumpuk dilantai ruang itu.
Lalu,
setelah mata mereka menyesuaikan diri dengan penerangan yang ada, bentuk –
bentuk itu semakin tampak jelas.
Dihadapan
mereka bertebaran tumpukan – tumpuka mahkota yang berkilauan dan masing –
masing sama persis dengan mahkota ratu winda!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar