Shilla
melesat begitu cepatnya hingga oik terpaksa ngebut agar bisa mengejarnya.
Demikian cepatnya oik terbang, sehingga ketika shilla berhenti sejenak ditangga
tengah home tree, diantara lantai dua dan tiga, oik menabraknya dan jatuh
terjengkang.
“aduuuh!” seru oik
“lihat lihat dong kemana kau terbang!” teriak shilla. Ia
menatap oik dengan galak sebelum melanjutkan perjalanannya kelantai satu,
menuju ruang cuci.
Oik
mengikutinya. “paling tidak,” serunya dibelakang shilla, “olivia tidak
melelehkan mahkota itu!”
“betul,” bentak shilla tanpa menoleh. “sayang dia tidak
melakukannya!”
Oik
menggeleng geleng sambil terbang bersama shilla keruang cuci. Dianak tangga
paling bawah, mereka berbelok kelorong yang menuju dapur. Lalu, melewati peri
peri berbakat memasak, membuat kue, dan mencuci piring, mereka menyebrangi
dapur menuju lorong lain. Diujung lorong ini ada pintu ayun dengan jendela
bundar kecil.
Setelah
mendorong pintu itu, shilla dan oik tiba diruang cuci home tree. Ruangan ini
luas dan langit langitnya luar biasa tinggi, hampir empat puluh sentimeter.
Dindingnya yang dicat putih dan penerangan diatasnya membuat ruangan itu
terkesan sebagai ruang paling terang dan bersih diseluruh home tree. Peri peri
bakat cuci dan peri peri laki laki terbang kesana kemari. Ada yang membawa
cucian kotor kederetan ember cuci, ada pula yang menggilas cucian. Beberapa
diantara mereka mendorong kereta yang melayang karena diberi balon gas, berisi
cucian basah. Ada pula yang berdiri dihadapan meja panjang, melipat cucian.
Ratusan
saluran cuci meluncurkan cucian kelantai ruang cuci, berasal dari bengkel
bengkel dan kamar kamar tidur dilantai atas. Cucian itu jatuh keranjang
keranjang. Setiap saluran diberi tanda, dari lantai mana dan ruang mana cucian
berasal.
Shilla
dan oik menemukan saluran nomor 3G. Saluran inilah yang berasal dari bengkel
olivia. Peri bernama sivia berdiri dibawahnya, memilah milah cucian dan
memasukannya keranjang. Oik bertanya kalau kalau kemarin ia bekerja disaluran
yang sama. Ketika sivia mengiakan, shilla segera melancarkan interogasi.
“apakah kau menemukan sesuatu yang...tidak biasa diantara
cucian olivia kemarin?” tanyanya langsung.
“apa maksudmu tidak biasa?” sivia balik bertanya sambil
menatap shilla dengan curiga. Seperti dayang dayang ratu, sivia tidak percaya
pada shilla. “oik, ada apa sih sebenarnya?” tanyanya
“kami sedang menyelidiki mehkota yang hilang,” oik
menjelaskan. Ia memaparkan secara ringkas apa apa saja yang telah mereka ketahui sampai saat ini. Ia
menceritakan bagaimana ify telah membawa mahkota itu kebengkel gabriel, dan
olivia tanpa sengaja mengambilnya. Lalu olivia menjatuhkannya kesaluran cuci.
“apakah kau yakin, kau tidak menemukan tas beledu hitam
diantara cucian olivia kemarin?” tanya oik pada sivia.
Sivia
tercengang. “oh” serunya. “ya, memang, aku menemukan sesuatu yang terbuat dari
beledu. Apa hubungannya dengan mahkota yang hilang?”
Shilla
mendesah. “mahkota itu ada didalam tas itu, sayangku,” katanya jengkel. “terusa
terang, kalau saja kau menyempatkan diri melihat kedalamnya, segalanya tidak
akan kacau begini dan aku tidak akan jadi korban”
Setelah
membelalakkan mata kepada shilla, sivia berpaling menatap oik lagi. “ketika aku
memilah milah cucian olivia, memisahkan yang berwarna terang dan gelap” ia
menjelaskan, “aku menemukan potongan beledu itu. Kusisihkan, karena tidak bisa
dicampur dengan yang lain. Beledu harus dicuci secara khsus”
Oik
mengangguk. Itu masuk akal. “lalu kausimpan dimana?” tanya oik
Sivia
berpikir keras, cukup lama juga. Akhirnya ia berkata, “terus terang aku tidak
ingat lagi”
Shilla
tersenyum mengejek. “bagus” katanya pura pura tenang. Ia mengengkat bahu.
“kalau begitu besok aku diadili, kukatakan saja bahwa kami telah menyelidiki
hilangnya mahkota itu sampai keruang cuci. Lalu kami menemui jalan buntu karena
sivia tidak ingat lagi dimana dia menyimpan benda paling berharga di pixie
hollow!” shilla berbalik seolah olah akan terbang menjauh. “buang buang waktu
saja”
Sinar sivia bertambah terang. “hei, tunggu!”
serunya
Shilla
berhenti terbang dan berbalik.
“biar kucoba mengulang apa apa saja yang kulakukan kemarin”
kata sivia pada oik. “mungkin aku akan terbantu untuk mengingat apa yang
terjadi dengan tas beledu itu”
Maka
shilla dan oik mengikutinya ketempat penyimpanan kereta balon. “kemarin sore,
setelah memilah milah cucian olivia, kuambil kereta balon dan kumasukka cucian
olivia kedalamnya.” Kata sivia. Ia menarik salah satu kereta balon itu untuk
memperagakan tindakannya. “cucian
berwarna terang kumasukkan kesatu ranjang, yang warna gelap dikeranjang yang
lain. Dan kuletakkan tas beledu itu didasar kerta”
Mereka
mengikuti sivia mendorong kereta balon itu kederetan ember cuci. “lalu
kumasukkan cucian warna terang ke ember cuci” ujar sivia. “keranjangnya
kuletakkan disamping ember”
Lalu
mereka mengikuti sivia ke bak cuci.
“disini aku menggosok noda salah satu cucian olivia yang berwarna gelap”
Mereka
mengikutinya kembali ke ember cuci. “kumasukkan cucian warna gelap keair.
Kutinggalkan keranjang didepan ember sementara aku merendam cucianku”
Mereka
mengikutinya lagi ketempat penyimpanan kereta balon. “lalu aku membawa kereta
kembali kesini,” kata sivia. Ia mengikat lagi kereta yang baru dipinjamnya.
“dan aku beristirahat sementara cucian direndam dalam air sabun”
Sivia
menepuk jidatnya. “kurasa aku lupa mengambil tas beledu itu sebelum aku
mengembalikan kereta ketempat penyimpanannya,” katanya tersipu sipu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar