Kamis, 26 April 2012

Shilla Dan Mahkota Peri Part 6


“terbang, shilla, terbang!” seru oik. Peri terbang tercepat di pixie hollow itu pun keluar dari bengkel gabriel dan melesat ketempat olivia.
                Shilla heran sendiri mengapa ia begitu ingin menyelamatkan mahkota ratu. “kalaupun aku terlambat, apa peduliku? Memangnya kenapa kalau mahkota norak itu sudah dilelehkan? Apa urusannya denganku? Bukankah aku sudah punya dua saksi, yaitu gabriel dan ify, yang akan membuktikan diriku tidak bersalah mencuri mahkota?” pikir shilla
                Tentuya ratu winda tidak akan mengusirnya setelah mendengar penjelasan ify dan gabriel.
                Tapi nyatanya, shilla tetap bergegas kebengkel olivia. Ia mengatakan pada dirinya sendiri, akan lebih mudah membersihkan namanya apabila mahkota itu ditemukan. Meskipun begitu...apakah tidak mungkin, dalam hati shilla benar benar sayang pada salah satu warisan tertua pixie hollow itu?
                Bengkel logam sisa olivia terletak dilantai tiga home tree. Saking terburu buru, shilla menerobos masuk tanpa mengetuk pintu dulu, dan menabrak lonceng angin yang tergantung di langit langit.
                Priiiiiiiiiiiiinnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnggggggggggggggg! Lonceng itu berdering keras. Disisi lain bengkel, olivia terkaget kaget dan duduk tegak, menghentikan pekerjaannya memasukkan potongan potongan alumunium dan tembaga kedalam tong besar berisi logam leleh.

“stop!” teriak shilla. “hentikan pekerjaanmu!”

                Olivia membuka kacamata pelindung dan mengelapnya dengan baju montirnya. “ada apa?” tanyanya tenang, lalu memakai lagi kacamatanya.
                Olivia peri yang selalu optimistis. Ia menemukan harapan dalam setiap situasi, bahkan situasi yang paling mengerikan sekalipun seperti halnya ia menemukan keindahan dalam setiap keping logam, sekalipun sudah bengkok dan berkarat. Olivia selalu ingin mengubah sampah menjadi benda benda yang indah. Benda benda ini ada di sekelilingnya: lonceng angin didekat pintu, gantungan peri terbang didekat jendela, lampu dimeja kerja. Semua terbuat dari logam sisa.
                Olivia juga percaya, kebanyakan situasi buruk dapat diubah menjadi situasi baik. Maka ketika shilla mulai mengacak acak tumpukkan logam yang sedang dilelehkan olivia, ia mencoba menenangkannya.
“apapun yang kau cari, akan kubantu. Katakan saja apa yang kau cari,” olivia menawarkan bantuannya.
                Persis saat itu oik tiba, agak terengah engah. Diperhatikannya shilla melempar sepotong tembaga dari bahunya. Tembaga itu mendarat dilantai dan menimbulkan bunyi nyaring. “mahkota ratu!” bentak shilla. “kau lihat tidak?”
                Olivia menggeleng. “tidak, shilla. Aku tidak melihatnya,” jawabnya kalem. “mengapa kau mengira mahkota itu ada disini?” ia berpaling kearah oik. “halo, oik,” sapanya lembut. “kau datang dengan shilla?”
                Olivia kelihatan terkejut melihat oik mengengguk, tapi ia tidak mengatakan apa apa.
                Shilla berhenti mencari dan mengeluh jengkel. Ia mengulangi lagi apa yang dikatakan gabriel: bahwa olivia mengambil logam sisanya kemarin.
                Olivia menganggguk. “betul,” katanya. “aku mengambil logam sisa gabriel setiap hari. Kemarin kubawa kesini, kupilah pilah, dan mulai melelehkan beberapa diantaranya”
                Shilla membungkuk kearah olivia dengan sikap mengancam. “dan kau yakin kau tidak menemukan sesuatu yang tidak biasa diantara logam logam itu?” tanyanya. “coba ingat ingat, sayang. Mahkota itu ada didalam tas beledu”
                Mendengar ini, olivia terlonjak. “beledu?” tanyanya, wajahnya berubah cerah. “ya! Ya, memang ditumpukkan itu ada beledu” ia tersenyum dan menepuk punggung shilla. “tahukah kau” katanya bernada membujuk, “kita ada dijalan yang bernar. Kita akan memecahkan persoalan ini”
“ah, sudahlah!” bentak shilla tidak sabar. Ia menepis tangan olivia dari punggungnya. “katakan saja, kau apakan tas beledu itu!”
                Olivia mendesah. Shilla benar benar berpikiran negatif! Olivia terbang menuju pintu kecil diujung bengkelnya. Shilla dan oik mengikutinya.
“aku tidak tahu tas itu ada isinya,” olivia menjelaskan sambil terbang. “aku tidak merasakan ada apa apa didalamnya. Tapi memang mahkota ratu winda sangat ringan. Makanya kukira, hanya kain sisa yang tak terpakai lagi.” Olivia mengengkat bahu. “aku yakin aki bisa memanfaatkannya nanti. Tapi tas itu ada noda karatnya. Tahu sendirilah, setelah sekian lama bercampur dengan logam sisa.”
                Olivia membuka pintu kecil berbentuk persegi didinding. Dibaliknya ada saluran dari logam yang berujung dikegelapan. “aku melemparnya kedalam saluran cuci, bersama cucianku yang lain” katanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar