Kamis, 26 April 2012

Shilla Dan Mahkota Peri Part 10 - Last Part



                Mula-mula shilla menolak untuk mencoba mahkota yang mana pun. Ia tak sudi mengucapkan kata-kata ajaib itu. Ia pergi ke sudut gudang dan duduk diatas karung terigu. Dengan tangan terlipat di dada, ia mengawasi oik, agni, dan ray mencoba mahkota itu satu persatu sambil mengucapkan kata-kata ajaib.
                Tapi tak lama kemudian, shilla mulai tidak sabar menunggu dan bosan. Ia menyadari pencarian itu akan selesai lebih cepat kalau ia ikut membantu.
“aduh!” serunya. “kalian tidak bisa lebih cepat? Kalau begini terus, bisa-bisa kita tetahan sampai malam disini!” ia melompat bangkit dari karung terigu.
                Shilla mengambil satu mahkota. Dipakainya dikepalanya yang berukuran 3½. Terlalu besar, dan mahkota itu pun merosot menutupi matanya.
Lalu, sambil berbisik pelan ia mengucapkan kata-kata itu.

“pixie hollow
Mother dove
Dunia yang kita hargai
Dunia yang kita cintai.”

                Sangat menyakitkan baginya untuk mengucapkan kalimat gombal itu. Lebih parah lagi, tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak. Tidak ada perubahan. Tidak ada keajaiban. Mahkota itu tetap longgar dikepalanya.
                Shilla mengeluh, melepaskan mahkota itu dan melemparkannya ke tumpukkan mahkota palsu. Lalu, ia mengambil mahkota lain dan mencoba lagi.
                Kegiatan ini berlangsung sampai senja dan malam. Sangat lambat. Pada tengah malam, tumpuka mahkota yang belum dicoba masih lebih tinggi daripada mahkota yang sudah terbukti palsu.
                Berjam-jam kemudian, ketika sinar matahari pagi mengintip dari jendela, shilla berhenti mencoba dan menguap. Ia menatap ke sekelilingnya. Ray bersandar ke sebuah peti, tertidur lelap. Mahkota masih bertengger dikepalanya. Mata agni juga terpejam. Ia berbaring di lantai, persisi di tengah-tengah mahkota yang belum dicoba.
                Tapi oik masih juga mencari.
                Shilla mengambil mahkota lain dari tumpukan yang belum dicoba. Saat itu, tugas mencoba mahkota ini sudah dilakukannya secara otomatis. Ambil mahkota, letakkan dikepala, ucapkan kata-kata, lemparkan mehkota. Ambil mahkota, letakkan mahkota dikepala, ucapkan kata-kata, lemparkan mahkota.
                Shingga ketia sesuau terjadi, shilla hampir saja tidak menyadarinya.
                Ia mengambil mahkota, meletakannya di kepala, mengucapkan kata-kata, melemparkan..
                Kali ini, ketika shilla mengangkat tangan untuk melepaskan mahkota, ia ternyak.
                Apakah hanya imajinasinya? Atau mahkota ini otomatis....mengecil?
                Ketika tadi dikenakannya, seperti yang sudah-sudah, mahkota ini pun merosot dan menutupi matanya. Tapi sekarang, ketika ia mengangkat tangan untuk menyentuhnya, mahkota itu menempel dengan pas dikepalanya.
                Pelan-pelan, shilla melepaskan mahkota itu dari kepalanya. Dipegang dan diperhatikannya. Inilah mahkota ratu winda. Mahkota asli. Shilla menghembuskan napas lega. Sekarang ia tahu pasti, dirinya tidak akan diusir dari pixie hollow. Ia bukan hanya dapat membuktikan dirinya tidak bersalah, tapi ia juga tahu persis bagaimana mahkota itu hilang dan ia sendiri pula yang menemukannya kembali. Ya, shilla akan membersihkan namanya.
                Ia membuka mulut untuk memberitahu oik tapi lalu menutupnya lagi. Ada sesuatu yang melintas dipikirannya. Pada awalnya perasaan lega begitu kuat, hingga menutupi perasaan-perasaannya yang lain. Tapi sekarang perasaan-perasaan yang lain. Tapi sekarang perasaan-perasaan lain itu muncul kembali: amarah, kepahitan. Dan sesuatu lagi. Apa? Keinginan untuk...membalas dendam!
                Hampir semua peri di pixie hollow menuduh shilla mencuri mahkota itu. Sekarang mahkota itu ada dalam genggamannya. Ia dapat melakukan apa saja yang di inginkannya dengan mahkota itu. Jadi mengapa ia tidak sekalian saja membuktikan bahwa semua peri itu benar? Mengapa ia tidak sekalian saja mengambilnya? Ia bisa mencurinya dan terbebas dari segala tuduhan! Ia bisa menyembunyikannya dari oik, agni, dan ray. Ia bisa tampil di sidang dan memberitahu ratu tentang penyelidikan mereka tanpa menceritakan bagian ketika ia menemukan mahkota asli itu di gudang. Kesaksian peri lain akan mendukung kenyataan bahwa shilla tidak bersalah. Dan ia tetap akan memiliki mehkota itu!
                Shilla tidak mengucapkan sepatah kata  pun sejak menemukan mahkota. Ia juga belum mengalihkan tatapan dari mahkota itu.
                Sekarang, akhirnya, ia mengangkat wajah dan menatap ke sebrang ruangan, langsung pada oik.
                Dan betapa terkejutnya shilla. Dilihatnya oik sedang menatapnya. Bahkan rasanya, seolah-olah oik bisa melihatnya secara tembus pandang.
                Oik tahu persis apa yang melintas didalam pikirannya.
***

                Dihalam home tree, ratu winda mencoba memulai sidang.
“hadirin sekalian!” teriaknya untuk mengatasi keributan. “harap tenang.”
                Berangsur-angsur, peri-peri yang berisik itu pun terdiam. Mereka semua berkumpul untuk mendengarkan pembelaan shilla. Seperti du malam sebelumnya, semua tempat yang nyaman setiap jamur dan gundukan tanah yang berlumut diduduki hadirin.
                Tepat didepan home tree, berdirilah ratu winda. Sinar matahari pagi menerobos melalui daun-daunan dan jatuh ke atas tubuhnya seperti lampu sorot. Disebelah kiri ratu, shilla berdiri dengan tangan kebelakang.
                Sekitar dua puluh lima sentimeter dari shilla, oik duduk diatas jamur di baris terdepan hadirin, dan memerhaikan dengan gelisah.
                “shilla,” ujara winda. “sidang ini adalah kesempatan bagimu untuk membela diri atas tuduhan terhadap dirimu. Kau dituduh mencuri mahkota ratu.” Ratu melambai pada shilla, mempersilakannya berdiri di tengah. “mari kita dengarkan dengan hati dan pikiran terbuka, apa pun yang akan dijelaskan shilla.”
                Ratu winda mundur bebrapa langkah. Shilla maju, tangannya masih dibelakang tubuhnya.
“yah,” ujar shilla dengan suara nyaring dan jernih. “aku tidak perlu mengatakan apa-apa.” Ia mengeluarkan satu tangan dari balik tubuhnya dan menyodorkannya pada ratu. Ditangannya ada mahkota ratu. “kurasa ini sudah cukup berbicara,” tambah shilla dengan senyum masam.
                Seruan kaget langsung melanda kerumunan peri.
“jadi dia memang mengambilnya!” seru gita
“sekarang dia mengaku!” terdengar seruan lain dari salah satu sudut.
“usir dia!” yang lain berteriak.
                Ratu winda melangkah maju untuk berbicara. Ia mengangkat tangan. “tenang!” serunya. “kalian harus tenang selama sidang berlangsung. Kalau tidak, aku terpaksa mengadakan sidang tertutup.”
                Hadirin terdiam lagi. Ratu winda berpaling pada shilla. Ia mengambil mahkotanya dari tangan shilla.
“aku tidak mengerti,” ujar ratu. “mengapa kau tidak mau mengatakan pada kami dimana kau menemukan, atau mengapa mahkota ini ada padamu?”
                Shilla menggeleng. “tidak,” jawabnya. “tapi kalau anda mengizinkan, ratuku sayang,” shilla tersenyum manis dan membungkuk dalam-dalam didepan ratu winda, “aku ingin memanggil beberapa teman untuk mengatakan sesuatu.”
                Ratu mengangguk. Shilla melihat ke sana kemari. “aku minta ify, gabriel, olivia, sivia, agni, dan ray untuk naik kesini,” ia mengumumkan.
                Satu demi satu, keempat peri perepmpuan dan kedua peri laki-laki itu terbang dari kerumunan peri. Mereka semua tampak malu ketika berdiri disisi shilla.
                Keyika keenam-enamnya sudah berdiri menghadapi para hadirin, shilla mengangguk ke arah ify. “ify,” katanya, “jadilah anak manis dan ceritakan pada semua yang ada disini, apa yang kau lakukan dengan mahkota itu pada pagi hari sebelum pesta hari kedatangan.”
                Maka ify pun mengawali kisah “petualangan” mahkota ratu di home tree. Dengan takut-takut ia menceritakan perannya dalam kisah itu. Ia membawa mahkota itu untuk diperbaiki, dan salah mengartikan lambaian gabriel.
“kalau saja aku tidak terburu-buru,” keluhnya.
                Gabriel melanjutkan kisah itu. Ia mengungkapkan bagaimana kisah itu. Ia mengungkapkan bagaimana sumbat telinga membuatnya tidak mendengar kata-kata ify. Ia menjelaskan bagaimana olivia tentunya mengambil mahkota itu bersama-sama dengan logam sisa.
                Dan begitulah seterusnya...kisah itu dituturkan sambung-menyambung dari satu pencerita ke pencerita lainnya dari gabriel ke olivia, sivia, agni, dan akhirnya ray.masing-masing menceritakan perannya dalam peristiwa hilangnya mahkota.
“maka, setelah aku menjelaskan bagaimana caranya membedakan mahkota palsu dengan yangasli,” ujar ray, menyudahi bagiannya dalam cerita itu, “kami semua mencoba mahkota-mahkota itu satu persatu.” Ia mengangkat bahu dan berpaling ke shilla. “dan akhirnya, shilla menemukan. Mahkota ratu.”
                Dan itulah akhir kisah mahkota yang hilang.
                Hanya shilla dan oik yang tahu, satu bagian akhir telah dihapuskan. Yaitu bagian ketika shilla hampir menjadi peri jahat seperti yang diduga banyak peri di pixie hollow. Dibagian ini jugalah, shilla akhirnya mengambil pilihan yang lebih baik.
                Shilla melirik oik dengan ekor matanya. Oik melempar senyum dan sesuatu yang aneh terjadi. Shilla membalas senyum oik. Bukan senyum palsu seperti biasanya. Senyum itu murni, sebagai tanda shilla sungguh-sungguh berterima kasih pada oik atas bantuannya. Oik tahu shilla tidak akan mengucapkan terima kasih. Ia juga tahu, sejak saat ini ia dan shilla mungkin tidak akan menyinggung peristiwa ii lagi. Hanya senyum itulah yang bisa didapatnya dari shilla.
                Tapi itu pun sudah cukup.
                Ratu winda maju untuk bicara pada seluruh hadirin. “baiklah,” katanya, “sekarang segalanya telah jelas bagiku. Aku yakin semua yang hadir disini sependapat.” Ia menatap ke sekelilingnya. Semua mengangguk-angguk.
“ada satu hal lagi,” lanjut ratu. Ia mendekat ke sisi shilla dan meletakkan tangan di bahunya. “shilla, aku harus minta maaf padamu,” katanya. “kami semua harus minta maaf karena telah menuduhmu melakukan sesuatu yang tidak kau lakukan. Kau bekerja keras menemukan mahkota itu dan mengembalikannya dengan selamat.” Ratu winda menatap hadirin. “untuk merayakannya, aku ingin menjadwal ulang pesta.”
                Semua bersorak gembira.
“hanya saja, ini bukan pesta hari kedatangan bagiku,” lanjut ratu. “pesta ini untuk shilla juga.” Ratu menatap shilla dengan penuh ingin tahu. “maukah kau menjadi tamu kehormatan kami?”
                Shilla tersenyum. “winda, sungguh aku tersanjung,” katanya. Suaranya sinis. “tapi terus terang saja, aku lebih suka terlibat dalam perburuan lain di home tree, mencari salah satu barangmu yang hilang, daripada hadir dipestamu.” Ia tersenyum dan meloncat ke udara.
                Hampir semua peri menahan napas saking terkejut mendengar kekasaran shilla. Berkata-kata seperti itu pada saat ratu berbaik hati dan ingin memperbaiki segalanya!
                Tapi memang, shilla bukan peri yang pandai menyaring kata-katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar