Mula-mula
shilla menolak untuk mencoba mahkota yang mana pun. Ia tak sudi mengucapkan
kata-kata ajaib itu. Ia pergi ke sudut gudang dan duduk diatas karung terigu.
Dengan tangan terlipat di dada, ia mengawasi oik, agni, dan ray mencoba mahkota
itu satu persatu sambil mengucapkan kata-kata ajaib.
Tapi
tak lama kemudian, shilla mulai tidak sabar menunggu dan bosan. Ia menyadari
pencarian itu akan selesai lebih cepat kalau ia ikut membantu.
“aduh!” serunya. “kalian tidak bisa lebih cepat? Kalau
begini terus, bisa-bisa kita tetahan sampai malam disini!” ia melompat bangkit
dari karung terigu.
Shilla
mengambil satu mahkota. Dipakainya dikepalanya yang berukuran 3½. Terlalu
besar, dan mahkota itu pun merosot menutupi matanya.
Lalu, sambil berbisik pelan ia mengucapkan kata-kata itu.
“pixie hollow
Mother dove
Dunia yang kita
hargai
Dunia yang kita
cintai.”
Sangat
menyakitkan baginya untuk mengucapkan kalimat gombal itu. Lebih parah lagi,
tidak terjadi apa-apa. Sama sekali tidak. Tidak ada perubahan. Tidak ada
keajaiban. Mahkota itu tetap longgar dikepalanya.
Shilla
mengeluh, melepaskan mahkota itu dan melemparkannya ke tumpukkan mahkota palsu.
Lalu, ia mengambil mahkota lain dan mencoba lagi.
Kegiatan
ini berlangsung sampai senja dan malam. Sangat lambat. Pada tengah malam,
tumpuka mahkota yang belum dicoba masih lebih tinggi daripada mahkota yang
sudah terbukti palsu.
Berjam-jam
kemudian, ketika sinar matahari pagi mengintip dari jendela, shilla berhenti
mencoba dan menguap. Ia menatap ke sekelilingnya. Ray bersandar ke sebuah peti,
tertidur lelap. Mahkota masih bertengger dikepalanya. Mata agni juga terpejam.
Ia berbaring di lantai, persisi di tengah-tengah mahkota yang belum dicoba.
Tapi
oik masih juga mencari.
Shilla
mengambil mahkota lain dari tumpukan yang belum dicoba. Saat itu, tugas mencoba
mahkota ini sudah dilakukannya secara otomatis. Ambil mahkota, letakkan
dikepala, ucapkan kata-kata, lemparkan mehkota. Ambil mahkota, letakkan mahkota
dikepala, ucapkan kata-kata, lemparkan mahkota.
Shingga
ketia sesuau terjadi, shilla hampir saja tidak menyadarinya.
Ia
mengambil mahkota, meletakannya di kepala, mengucapkan kata-kata, melemparkan..
Kali
ini, ketika shilla mengangkat tangan untuk melepaskan mahkota, ia ternyak.
Apakah
hanya imajinasinya? Atau mahkota ini otomatis....mengecil?
Ketika
tadi dikenakannya, seperti yang sudah-sudah, mahkota ini pun merosot dan
menutupi matanya. Tapi sekarang, ketika ia mengangkat tangan untuk
menyentuhnya, mahkota itu menempel dengan pas dikepalanya.
Pelan-pelan,
shilla melepaskan mahkota itu dari kepalanya. Dipegang dan diperhatikannya.
Inilah mahkota ratu winda. Mahkota asli. Shilla menghembuskan napas lega.
Sekarang ia tahu pasti, dirinya tidak akan diusir dari pixie hollow. Ia bukan
hanya dapat membuktikan dirinya tidak bersalah, tapi ia juga tahu persis
bagaimana mahkota itu hilang dan ia sendiri pula yang menemukannya kembali. Ya,
shilla akan membersihkan namanya.
Ia
membuka mulut untuk memberitahu oik tapi lalu menutupnya lagi. Ada sesuatu yang
melintas dipikirannya. Pada awalnya perasaan lega begitu kuat, hingga menutupi
perasaan-perasaannya yang lain. Tapi sekarang perasaan-perasaan yang lain. Tapi
sekarang perasaan-perasaan lain itu muncul kembali: amarah, kepahitan. Dan
sesuatu lagi. Apa? Keinginan untuk...membalas dendam!
Hampir
semua peri di pixie hollow menuduh shilla mencuri mahkota itu. Sekarang mahkota
itu ada dalam genggamannya. Ia dapat melakukan apa saja yang di inginkannya
dengan mahkota itu. Jadi mengapa ia tidak sekalian saja membuktikan bahwa semua
peri itu benar? Mengapa ia tidak sekalian saja mengambilnya? Ia bisa mencurinya
dan terbebas dari segala tuduhan! Ia bisa menyembunyikannya dari oik, agni, dan
ray. Ia bisa tampil di sidang dan memberitahu ratu tentang penyelidikan mereka
tanpa menceritakan bagian ketika ia menemukan mahkota asli itu di gudang.
Kesaksian peri lain akan mendukung kenyataan bahwa shilla tidak bersalah. Dan
ia tetap akan memiliki mehkota itu!
Shilla
tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak
menemukan mahkota. Ia juga belum mengalihkan tatapan dari mahkota itu.
Sekarang,
akhirnya, ia mengangkat wajah dan menatap ke sebrang ruangan, langsung pada
oik.
Dan
betapa terkejutnya shilla. Dilihatnya oik sedang menatapnya. Bahkan rasanya,
seolah-olah oik bisa melihatnya secara tembus pandang.
Oik
tahu persis apa yang melintas didalam pikirannya.
***
Dihalam
home tree, ratu winda mencoba memulai sidang.
“hadirin sekalian!” teriaknya untuk mengatasi keributan.
“harap tenang.”
Berangsur-angsur,
peri-peri yang berisik itu pun terdiam. Mereka semua berkumpul untuk
mendengarkan pembelaan shilla. Seperti du malam sebelumnya, semua tempat yang
nyaman setiap jamur dan gundukan tanah yang berlumut diduduki hadirin.
Tepat
didepan home tree, berdirilah ratu winda. Sinar matahari pagi menerobos melalui
daun-daunan dan jatuh ke atas tubuhnya seperti lampu sorot. Disebelah kiri
ratu, shilla berdiri dengan tangan kebelakang.
Sekitar
dua puluh lima sentimeter dari shilla, oik duduk diatas jamur di baris terdepan
hadirin, dan memerhaikan dengan gelisah.
“shilla,”
ujara winda. “sidang ini adalah kesempatan bagimu untuk membela diri atas
tuduhan terhadap dirimu. Kau dituduh mencuri mahkota ratu.” Ratu melambai pada
shilla, mempersilakannya berdiri di tengah. “mari kita dengarkan dengan hati
dan pikiran terbuka, apa pun yang akan dijelaskan shilla.”
Ratu
winda mundur bebrapa langkah. Shilla maju, tangannya masih dibelakang tubuhnya.
“yah,” ujar shilla dengan suara nyaring dan jernih. “aku tidak
perlu mengatakan apa-apa.” Ia mengeluarkan satu tangan dari balik tubuhnya dan
menyodorkannya pada ratu. Ditangannya ada mahkota ratu. “kurasa ini sudah cukup
berbicara,” tambah shilla dengan senyum masam.
Seruan
kaget langsung melanda kerumunan peri.
“jadi dia memang mengambilnya!” seru gita
“sekarang dia mengaku!” terdengar seruan lain dari salah
satu sudut.
“usir dia!” yang lain berteriak.
Ratu
winda melangkah maju untuk berbicara. Ia mengangkat tangan. “tenang!” serunya.
“kalian harus tenang selama sidang berlangsung. Kalau tidak, aku terpaksa
mengadakan sidang tertutup.”
Hadirin
terdiam lagi. Ratu winda berpaling pada shilla. Ia mengambil mahkotanya dari
tangan shilla.
“aku tidak mengerti,” ujar ratu. “mengapa kau tidak mau
mengatakan pada kami dimana kau menemukan, atau mengapa mahkota ini ada
padamu?”
Shilla
menggeleng. “tidak,” jawabnya. “tapi kalau anda mengizinkan, ratuku sayang,”
shilla tersenyum manis dan membungkuk dalam-dalam didepan ratu winda, “aku
ingin memanggil beberapa teman untuk mengatakan sesuatu.”
Ratu
mengangguk. Shilla melihat ke sana kemari. “aku minta ify, gabriel, olivia,
sivia, agni, dan ray untuk naik kesini,” ia mengumumkan.
Satu
demi satu, keempat peri perepmpuan dan kedua peri laki-laki itu terbang dari
kerumunan peri. Mereka semua tampak malu ketika berdiri disisi shilla.
Keyika
keenam-enamnya sudah berdiri menghadapi para hadirin, shilla mengangguk ke arah
ify. “ify,” katanya, “jadilah anak manis dan ceritakan pada semua yang ada
disini, apa yang kau lakukan dengan mahkota itu pada pagi hari sebelum pesta
hari kedatangan.”
Maka
ify pun mengawali kisah “petualangan” mahkota ratu di home tree. Dengan
takut-takut ia menceritakan perannya dalam kisah itu. Ia membawa mahkota itu
untuk diperbaiki, dan salah mengartikan lambaian gabriel.
“kalau saja aku tidak terburu-buru,” keluhnya.
Gabriel
melanjutkan kisah itu. Ia mengungkapkan bagaimana kisah itu. Ia mengungkapkan
bagaimana sumbat telinga membuatnya tidak mendengar kata-kata ify. Ia
menjelaskan bagaimana olivia tentunya mengambil mahkota itu bersama-sama dengan
logam sisa.
Dan
begitulah seterusnya...kisah itu dituturkan sambung-menyambung dari satu
pencerita ke pencerita lainnya dari gabriel ke olivia, sivia, agni, dan
akhirnya ray.masing-masing menceritakan perannya dalam peristiwa hilangnya
mahkota.
“maka, setelah aku menjelaskan bagaimana caranya membedakan
mahkota palsu dengan yangasli,” ujar ray, menyudahi bagiannya dalam cerita itu,
“kami semua mencoba mahkota-mahkota itu satu persatu.” Ia mengangkat bahu dan
berpaling ke shilla. “dan akhirnya, shilla menemukan. Mahkota ratu.”
Dan
itulah akhir kisah mahkota yang hilang.
Hanya
shilla dan oik yang tahu, satu bagian akhir telah dihapuskan. Yaitu bagian
ketika shilla hampir menjadi peri jahat seperti yang diduga banyak peri di
pixie hollow. Dibagian ini jugalah, shilla akhirnya mengambil pilihan yang
lebih baik.
Shilla
melirik oik dengan ekor matanya. Oik melempar senyum dan sesuatu yang aneh
terjadi. Shilla membalas senyum oik. Bukan senyum palsu seperti biasanya.
Senyum itu murni, sebagai tanda shilla sungguh-sungguh berterima kasih pada oik
atas bantuannya. Oik tahu shilla tidak akan mengucapkan terima kasih. Ia juga
tahu, sejak saat ini ia dan shilla mungkin tidak akan menyinggung peristiwa ii
lagi. Hanya senyum itulah yang bisa didapatnya dari shilla.
Tapi
itu pun sudah cukup.
Ratu
winda maju untuk bicara pada seluruh hadirin. “baiklah,” katanya, “sekarang
segalanya telah jelas bagiku. Aku yakin semua yang hadir disini sependapat.” Ia
menatap ke sekelilingnya. Semua mengangguk-angguk.
“ada satu hal lagi,” lanjut ratu. Ia mendekat ke sisi shilla
dan meletakkan tangan di bahunya. “shilla, aku harus minta maaf padamu,”
katanya. “kami semua harus minta maaf karena telah menuduhmu melakukan sesuatu
yang tidak kau lakukan. Kau bekerja keras menemukan mahkota itu dan
mengembalikannya dengan selamat.” Ratu winda menatap hadirin. “untuk
merayakannya, aku ingin menjadwal ulang pesta.”
Semua
bersorak gembira.
“hanya saja, ini bukan pesta hari kedatangan bagiku,” lanjut
ratu. “pesta ini untuk shilla juga.” Ratu menatap shilla dengan penuh ingin
tahu. “maukah kau menjadi tamu kehormatan kami?”
Shilla
tersenyum. “winda, sungguh aku tersanjung,” katanya. Suaranya sinis. “tapi
terus terang saja, aku lebih suka terlibat dalam perburuan lain di home tree,
mencari salah satu barangmu yang hilang, daripada hadir dipestamu.” Ia
tersenyum dan meloncat ke udara.
Hampir
semua peri menahan napas saking terkejut mendengar kekasaran shilla.
Berkata-kata seperti itu pada saat ratu berbaik hati dan ingin memperbaiki
segalanya!
Tapi
memang, shilla bukan peri yang pandai menyaring kata-katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar