Ketika
ratu winda mendengar tentang hilangnya mahkota, ia segera mengadakan rapat
darurat. Dua puluh lima peri bakat berita meluncur terbang dari home tree.
Mereka menyabar kesegala arah, menyuruh semua peri di pixie hollow untuk segera
berkumpul di halaman home tree.
Ratu
winda menunggu dengan sabar. Ia memerhatikan para peri sendiri sendiri, berdua
dua, atau bertiga tiga terbang kelangit lepas. Banyak diantara mereka kelihatan
cemas dan saling berbisik bisik.
“kira kira ada apa, ya?” bisik salah satu peri
“pasti ada yang gawat,” bisik yang lain, “kalau tidak, tentu
tidak disebut rapat darurat”
“ratu kelihatannya serius sekali,” bisik peri laki laki
Mereka
berkumpul dalam lingkaran besar disekitar winda. Beberapa peri berterbangan
ditengah tengah. Beberapa berdiri ditanah yang berlumut. Beberapa duduk diatas
jamur atau batu kerikil. Semua menatap ratu, yang menunggu dalam diam sementara
kerumunan peri bertambah banyak.
Tak
lama kemudian halaman jadi terang benderang dengan sinar ratusan peri perempuan
dan laki laki. Bahkan shill pun ada disana. Ia muncul dari bayangan semak semak
mulberry. Akhirnya, ketika winda menganggap semua peri sudah hadir, ia
berdehem. Semua peri langsung terdiam.
“para peri!” seru ratu. “aku mengadakan rapat agar kalian
semua tahu, malam ini tidak ada perayaan!”
Suara
gumam muncul dari kerumunan peri. Para peri saling menatap, bingung. Tidak ada
perayaan hari kedatangan? Setelah segala perencanaan dan persiapan dilakukan?
“aku butuh bantuan kalian untuk menemukan mahkotaku, yang
hari ini ketahuan hilang,” lanjut ratu. Mendengar itu, gumam hadirin berubah
jadi seruan kaget. Mahkota... hilang! Setiap peri mengetahui sejarah mahkota
itu. Apa artinya semua ini? Apa yang terjadi dengan mahkota itu?
“maksud ratu, mahkota itu dicuri?” seru gita yang hinggap
diakar pohon.
“sudah, sudahlah,” kata ratu, mencoba menenagkan hadirin.
“jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Pasti ada penjelasan yang masuk akal
mengapa mahkota itu tidak ada ditempatnya. Dan bila kita bekerja sama, aku
yakin akan menemukannya kembali”
“dimana mahkota itu terakhir berada?” tanya nyopon, peri
laki laki bakat debu peri.
“siapa yang terakhir melihatnya?” tambah gita.
“sudah berapa lama hilangnya?” tanya nova, peri bakat sinar
Ratu
winda mengankat kedua tangannya untuk menenangkan kerumunan peri itu.
“pertanyaan kalian semuanya bagus,” katanya. “tapi belum semua ada jawabannya.
Mungkin aku harus meminta dayangku zevana untuk maju kedepan. Dialah yang
pertama tama menyadari bahwa mahkota itu telah hilang. Sesudah mendengar
penjelasannya, kalian akan memperoleh informasi tentang segala yang telah
kuketahui”
Saat
zevana sedang duduk bersama rekan rekannya dibarisan depan kerumunan peri.
Sinarnya diselimuti rasa malu ketika matanya bertemu dengan tatapan ratu.
“jangan takut, sayang” kata ratu, melambaikan tangan pada zevana. “katakan saja
seperti yang kaukatakan padaku”
Pelan
pelan, penuh keraguan, zevana terbang ketengah halaman dan berdiri disisi ratu.
“yah, tidak banyak yang bisa kuceritakan” katanya pelan. Ia
lalu mengungkapkan betapa terkejutnya dirinya ketika dilihatnya lemari tempat
mahkota itu disimpan telah kosong. “kukira aku keduluan peri lain yang sudah
mengambil mahkota itu dan meletakannya dimeja rias ratu. Tapi ketika kutanya
yang lain apakah mereka tahu mahkota itu ada dimana, tak seorang pun tahu!”
zevana menengadah menghadap ratu. “kami tidak tahu harus berbuat apa! Yang
seperti ini belum pernah terjadi! Maka kami langsung memberi tahu ratu. Ratu
mengadakan rapat darurat ... dan kitapun berkumpul disini”
Ratu
tersenyum menatapnya. “terima kasih, zevana,” katanya. Lalu, sementara
zevana kembali ketempatnya semula, artu
menatap hadirin. “sekarang ada sesuatu yang kuminta dari kalian,” katanya.
“kumunta kalian mengingat kembali kejadian kejadian beberapa hari belakangan
ini. Apakah ada yang melihat atau mendengar sesuatu yang berkaitan dengan
mahkota yang hilang?”
Semua
terdiam. Para peri menatap berkeliling. Mata mereka melihat kesana kemari,
mengikuti suara sekecil apapun, bunyi batuk, gemerisik, helaan nafas, tapi
ternyata peri peri yang bersuara itu
tidak mengatakan apa apa.
Lalu,
akhirnya, ada suara kecil yang muncul dari balik sekelompok jamur didekat pintu
depan home tree.
“ratu winda,” ujar lintar, peri penenun rumput, “aku melihat
mahkota itu kemarin”
“kau melihatnya?” ujar ratu kegirangan.
“dimana? Kapan?” semua peri menahan napas, menunggu jawaban
lintar
“anda memakainya” kata lintar, “pada waktu minum teh sore
diruang teh”\
Hadirin mengeluh kecewa
“ya, ya, lintar,” sela shilla. “siapa sih yang tidak melihat
ratu memakai mahkota itu pada acara minum teh kemarin? Itu bukan keterangan
yang kita butuhkan”
Ratu
berbalik menatap shilla. Sudahlah, shilla,” katanya. “lintar hanya ingin
membantu”
“iya, shilla” timpal acha, melompat dari batu kerikil yang
didudukinya dan berdiri beerkacak pinggang. “lagipula, aku ingat kau
berkomentar buruk tentang mahkota itu
tadi pagi. Apa yang kaukatakan persisnya?”
Gita
menyela sebelum shilla sempat menjawab. “katanya, dia berencana akan terbang
kepesta ratu winda dan menyambar mahkota dari kepalanya”
Semua
mata menatap shilla, yang melipat tangan didada dan memindahkan berat tubuhnya
dari satu kaki ke kaki yang lain. Ia cemberut menatap acha dan gita.
“oh ya?” kata ratu winda, berbalik menatap shilla.
“benarkah? Kau berkata begitu, shilla?”
“kataku, aku tidak akan hadir dipesta” jawab shilla.
“seingatku kata kataku adalah, .... kecuali kalian perlu ada seseorang untuk
menerobos masuk dan menyambar mahkota norak dari kepala ratu winda yang sok
kuasa”
Kerumunan
peri mendesah. Beraninya shilla mengatakan hal seperti itu didepan ratu
sendiri! Tapi memang shilla bukan jenis peri yang pandai menyaring kata kata
yang keluar dari mulutnya.
“bukan itu saja” tambah gita. “lalu kau katakan, ide
menyambar mahkota itu kedengarannya sangat menggoda dan boleh
dipertimbangkan....”
“....ada pesta ataupun tidak” sambung acha, menyelesaikan
kalimat gita. “betul. Dia berkata begitu”
Hadirin mendesah
Shilla
memaksakan diri tertawa. “oh, konyol sekali” kilahnya. “memang aku berkata
begitu. Tapi mana mungkin aku menginginkan mahkota itu, winda? Buat apa? Aku
tidak bisa mencurinya lalu terbang kesana kemari memakainya, kan?”
Ratu
winda kelihatan gundah. “tidak, shilla” jawabnya. “itu tidak masuk akal. Terus
terang aku tidak tahu apa yang akan kau perbuat dengan mahkota itu. Dan terus
terang, aku tidak mau percaya bahwa kau terlibat dengan hilangnya mahkota ini.
Tapi tuduhan ini serius”
Ratu
menatap berkeliling, mengamati semua peri perempuan dan laki laki. “apakah ada
yang punya keterangan lain?” tanyanya. ‘keterangan apa saja, yang bisa membantu
kita menghadapi situasi ini?”
Ratu
winda dan hadirin menunggu diam selama beberapa saat, tapi tak seorang pun
bicara. Tak ada yang punya keterangan tambahan.
“kalau begitu” kata ratu, berpaling kearah shilla lagi, “aku
tidak punya pilihan lain. Mahkota itu tak terhingga nilainya bagi kita semua.
Bukan milikku, tapi milik pixie hollow. Kalau ternyata ada seseorang disini
yang mengambilnya, itu persoalan yang sangat seriua.” Ia menarik napas dalam
dalam sebelum melanjutkan. “kurasa kita harus menyebutnya tindakan
pengkhianatan,” katanya dengan sedih. “dan satu satunya hukuman yang pantas
untuk kejahatan seperti ini adalah.... diusir selama lamanya dari pixie hollow”
Mulut
shilla terbuka saking kagetnya. “sungguh tidak bisa dipercaya!” serunya.
“sangata tidak adil! Apakah aku bahkan tidak punya kesempatan untuk membela
diri? Tidak bisakah aku membuktikan, aku tidak bersalah?”
“tentu saja bisa,” ratu winda menjawab. “tapi tidak malam
ini. Sudah larut. Kita semua lelah” ratu terbang ke udara. Dia berkeliling
diatas kerumunan peri. “kita berkumpul lagi lusa,” tambahnya. “kita akan
mengadili shilla, pagi menjelang siang. Siapa saja boleh datang. Dan, shila,kau
akan mendapat kesempatan membela diri.” Ratu winda mengangguk dengan serius dan
menutup rpat. “sementara itu, kalau ada yang mengetahui sesuatu yang bisa
membantu kita menemukan mahkota itu, tolong beritahu aku. Terima kasih atas
kehadiran kalian. Selamat malam.”
Setelah
berkata begitu, ratu terbang dan masuk kedalam home tree
Satu
persatu, para peri terbang mengikutinya. Banyak diantara mereka melemparkan
tatapan jijjik kepada shilla ketika melewatinya. Yang lainnya malah tidak sudi
bertatapan dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar