Sabtu, 21 April 2012

Shilla Dan Mahkota Peri Part 2


                Ketika ratu winda mendengar tentang hilangnya mahkota, ia segera mengadakan rapat darurat. Dua puluh lima peri bakat berita meluncur terbang dari home tree. Mereka menyabar kesegala arah, menyuruh semua peri di pixie hollow untuk segera berkumpul di halaman home tree.
                Ratu winda menunggu dengan sabar. Ia memerhatikan para peri sendiri sendiri, berdua dua, atau bertiga tiga terbang kelangit lepas. Banyak diantara mereka kelihatan cemas dan saling berbisik bisik.
“kira kira ada apa, ya?” bisik salah satu peri
“pasti ada yang gawat,” bisik yang lain, “kalau tidak, tentu tidak disebut rapat darurat”
“ratu kelihatannya serius sekali,” bisik peri laki laki
                Mereka berkumpul dalam lingkaran besar disekitar winda. Beberapa peri berterbangan ditengah tengah. Beberapa berdiri ditanah yang berlumut. Beberapa duduk diatas jamur atau batu kerikil. Semua menatap ratu, yang menunggu dalam diam sementara kerumunan peri bertambah banyak.
                Tak lama kemudian halaman jadi terang benderang dengan sinar ratusan peri perempuan dan laki laki. Bahkan shill pun ada disana. Ia muncul dari bayangan semak semak mulberry. Akhirnya, ketika winda menganggap semua peri sudah hadir, ia berdehem. Semua peri langsung terdiam.
“para peri!” seru ratu. “aku mengadakan rapat agar kalian semua tahu, malam ini tidak ada perayaan!”
                Suara gumam muncul dari kerumunan peri. Para peri saling menatap, bingung. Tidak ada perayaan hari kedatangan? Setelah segala perencanaan dan persiapan dilakukan?
“aku butuh bantuan kalian untuk menemukan mahkotaku, yang hari ini ketahuan hilang,” lanjut ratu. Mendengar itu, gumam hadirin berubah jadi seruan kaget. Mahkota... hilang! Setiap peri mengetahui sejarah mahkota itu. Apa artinya semua ini? Apa yang terjadi dengan mahkota itu?
“maksud ratu, mahkota itu dicuri?” seru gita yang hinggap diakar pohon.
“sudah, sudahlah,” kata ratu, mencoba menenagkan hadirin. “jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Pasti ada penjelasan yang masuk akal mengapa mahkota itu tidak ada ditempatnya. Dan bila kita bekerja sama, aku yakin akan menemukannya kembali”
“dimana mahkota itu terakhir berada?” tanya nyopon, peri laki laki bakat debu peri.
“siapa yang terakhir melihatnya?” tambah gita.
“sudah berapa lama hilangnya?” tanya nova, peri bakat sinar
                Ratu winda mengankat kedua tangannya untuk menenangkan kerumunan peri itu. “pertanyaan kalian semuanya bagus,” katanya. “tapi belum semua ada jawabannya. Mungkin aku harus meminta dayangku zevana untuk maju kedepan. Dialah yang pertama tama menyadari bahwa mahkota itu telah hilang. Sesudah mendengar penjelasannya, kalian akan memperoleh informasi tentang segala yang telah kuketahui”
                Saat zevana sedang duduk bersama rekan rekannya dibarisan depan kerumunan peri. Sinarnya diselimuti rasa malu ketika matanya bertemu dengan tatapan ratu. “jangan takut, sayang” kata ratu, melambaikan tangan pada zevana. “katakan saja seperti yang kaukatakan padaku”
                Pelan pelan, penuh keraguan, zevana terbang ketengah halaman dan berdiri disisi ratu.
“yah, tidak banyak yang bisa kuceritakan” katanya pelan. Ia lalu mengungkapkan betapa terkejutnya dirinya ketika dilihatnya lemari tempat mahkota itu disimpan telah kosong. “kukira aku keduluan peri lain yang sudah mengambil mahkota itu dan meletakannya dimeja rias ratu. Tapi ketika kutanya yang lain apakah mereka tahu mahkota itu ada dimana, tak seorang pun tahu!” zevana menengadah menghadap ratu. “kami tidak tahu harus berbuat apa! Yang seperti ini belum pernah terjadi! Maka kami langsung memberi tahu ratu. Ratu mengadakan rapat darurat ... dan kitapun berkumpul disini”
                Ratu tersenyum menatapnya. “terima kasih, zevana,” katanya. Lalu, sementara zevana  kembali ketempatnya semula, artu menatap hadirin. “sekarang ada sesuatu yang kuminta dari kalian,” katanya. “kumunta kalian mengingat kembali kejadian kejadian beberapa hari belakangan ini. Apakah ada yang melihat atau mendengar sesuatu yang berkaitan dengan mahkota yang hilang?”
                Semua terdiam. Para peri menatap berkeliling. Mata mereka melihat kesana kemari, mengikuti suara sekecil apapun, bunyi batuk, gemerisik, helaan nafas, tapi ternyata peri peri yang bersuara itu  tidak mengatakan apa apa.
                Lalu, akhirnya, ada suara kecil yang muncul dari balik sekelompok jamur didekat pintu depan home tree.
“ratu winda,” ujar lintar, peri penenun rumput, “aku melihat mahkota itu kemarin”
“kau melihatnya?” ujar ratu kegirangan.
“dimana? Kapan?” semua peri menahan napas, menunggu jawaban lintar
“anda memakainya” kata lintar, “pada waktu minum teh sore diruang teh”\
Hadirin mengeluh kecewa
“ya, ya, lintar,” sela shilla. “siapa sih yang tidak melihat ratu memakai mahkota itu pada acara minum teh kemarin? Itu bukan keterangan yang kita butuhkan”
                Ratu berbalik menatap shilla. Sudahlah, shilla,” katanya. “lintar hanya ingin membantu”
“iya, shilla” timpal acha, melompat dari batu kerikil yang didudukinya dan berdiri beerkacak pinggang. “lagipula, aku ingat kau berkomentar  buruk tentang mahkota itu tadi pagi. Apa yang kaukatakan persisnya?”
                Gita menyela sebelum shilla sempat menjawab. “katanya, dia berencana akan terbang kepesta ratu winda dan menyambar mahkota dari kepalanya”
                Semua mata menatap shilla, yang melipat tangan didada dan memindahkan berat tubuhnya dari satu kaki ke kaki yang lain. Ia cemberut menatap acha dan gita.
“oh ya?” kata ratu winda, berbalik menatap shilla. “benarkah? Kau berkata begitu, shilla?”
“kataku, aku tidak akan hadir dipesta” jawab shilla. “seingatku kata kataku adalah, .... kecuali kalian perlu ada seseorang untuk menerobos masuk dan menyambar mahkota norak dari kepala ratu winda yang sok kuasa”
                Kerumunan peri mendesah. Beraninya shilla mengatakan hal seperti itu didepan ratu sendiri! Tapi memang shilla bukan jenis peri yang pandai menyaring kata kata yang keluar dari mulutnya.
“bukan itu saja” tambah gita. “lalu kau katakan, ide menyambar mahkota itu kedengarannya sangat menggoda dan boleh dipertimbangkan....”
“....ada pesta ataupun tidak” sambung acha, menyelesaikan kalimat gita. “betul. Dia berkata begitu”
Hadirin mendesah
                Shilla memaksakan diri tertawa. “oh, konyol sekali” kilahnya. “memang aku berkata begitu. Tapi mana mungkin aku menginginkan mahkota itu, winda? Buat apa? Aku tidak bisa mencurinya lalu terbang kesana kemari memakainya, kan?”
                Ratu winda kelihatan gundah. “tidak, shilla” jawabnya. “itu tidak masuk akal. Terus terang aku tidak tahu apa yang akan kau perbuat dengan mahkota itu. Dan terus terang, aku tidak mau percaya bahwa kau terlibat dengan hilangnya mahkota ini. Tapi tuduhan ini serius”
                Ratu menatap berkeliling, mengamati semua peri perempuan dan laki laki. “apakah ada yang punya keterangan lain?” tanyanya. ‘keterangan apa saja, yang bisa membantu kita menghadapi situasi ini?”
                Ratu winda dan hadirin menunggu diam selama beberapa saat, tapi tak seorang pun bicara. Tak ada yang punya keterangan tambahan.
“kalau begitu” kata ratu, berpaling kearah shilla lagi, “aku tidak punya pilihan lain. Mahkota itu tak terhingga nilainya bagi kita semua. Bukan milikku, tapi milik pixie hollow. Kalau ternyata ada seseorang disini yang mengambilnya, itu persoalan yang sangat seriua.” Ia menarik napas dalam dalam sebelum melanjutkan. “kurasa kita harus menyebutnya tindakan pengkhianatan,” katanya dengan sedih. “dan satu satunya hukuman yang pantas untuk kejahatan seperti ini adalah.... diusir selama lamanya dari pixie hollow”
                Mulut shilla terbuka saking kagetnya. “sungguh tidak bisa dipercaya!” serunya. “sangata tidak adil! Apakah aku bahkan tidak punya kesempatan untuk membela diri? Tidak bisakah aku membuktikan, aku tidak bersalah?”
“tentu saja bisa,” ratu winda menjawab. “tapi tidak malam ini. Sudah larut. Kita semua lelah” ratu terbang ke udara. Dia berkeliling diatas kerumunan peri. “kita berkumpul lagi lusa,” tambahnya. “kita akan mengadili shilla, pagi menjelang siang. Siapa saja boleh datang. Dan, shila,kau akan mendapat kesempatan membela diri.” Ratu winda mengangguk dengan serius dan menutup rpat. “sementara itu, kalau ada yang mengetahui sesuatu yang bisa membantu kita menemukan mahkota itu, tolong beritahu aku. Terima kasih atas kehadiran kalian. Selamat malam.”
                Setelah berkata begitu, ratu terbang dan masuk kedalam home tree
                Satu persatu, para peri terbang mengikutinya. Banyak diantara mereka melemparkan tatapan jijjik kepada shilla ketika melewatinya. Yang lainnya malah tidak sudi bertatapan dengannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar