“shilla!” seru oik ketika peri terbang cepat itu melesat
masuk melalui pintu depan. Oik ingin segera memberitahu shilla semua idenya untuk penyelidikan
mereka. Ia telah merancang daftar nama peri peri yang bisa mereka tanyai dan
petunjuk petunjuk yang bisa ditelusuri. “shilla, kupikir...”
“pikir?” sela shilla, terbang melewatinya. Oik harus
bergegas agar ia bisa menyusulnya. “bagaimana mungkin kau baru mulai berpikir?”
tanya shilla ketus.
Jelas,
shilla tidak mau bersikap manis pada oik hanya karena oik menawarkan bantuan.
“ayo,” bentak shilla. “kita akan mulai dengan bertanya pada dayang dayang ratu”
Oik
berusaha tetap berbesar hati sementara mengikuti shilla ke lantai dua home
tree. Mereka bergegas menuju lorong tenggara dan segera terbang naik keruang 10A, tempat tinggal ratu winda.
Shilla
mengetuk pintu keras kera. Karena tidak segera dibukakan, dengan tidak sabar ia
mengetuk lagi, semakin keras.
Zevana
membuka pintu. Ia mengintip kearah lorong.
“ah,
zevana,” kata shilla. Ia melewatinya dan tanpa dipersilahkan, masuk keruang
santai ratu. “kau tabah sekali semalam, sayang. Kau berani maju dan mengisahkan
ceritamu didepan banyak khalayak yang begitu banyak dan menakutkan.” Shilla
melemparkan senyum liciknyaa. “tapi kami perlu mengajukan beberapa pertanyaan
lagi padamu dan teman temanmu. Bukan begitu, oik?”
Oik
masih tertegun diambang pintu. Ia belum pernah masuk ketempat tinggal ratu. Ia terkagum
kagum melihat ruangan yang begitu mewah.
Ruang santai itu dindingnya berwarna orange pucat, sofanya sangat gembung, dan
karpetnya bermotif bunga. Disebelah sana dilihatnya dinding kamar tidur ratu
yang berwarna hijau laut. Tampak juga salah satu sudut ranjang ratu yang bertiang empat.
Ketiga
dayang yang lain, ify, keke, dan ourel, terbang keluar dari kamar tidur ratu.
Mereka membawa setumpuk seprai yang paling halus, terbuat dari sarang laba
laba. Mereka segera berhenti ketika melihat shilla.
“sedang apa dia disini?” keke bertanya pada zevana sambil
mencibir. Ify dan ourel juga menatap shilla dengan curiga. Jelas mereka
menganggapnya bersalah telah mencuri mahkota ratu.
Oik
terbang mendekat dan mencoba menjelaskan. “kami hanya ingin mengajukan beberapa
pertanyaan tentang apa yang terjadi kemarin,” katanya penuh harap, “agar kami
dapat mempersiapkan pembelaan shilla besok.”
“kami?” kata ourel, matanya terbuka lebar saking terkejut.
“oik, kau benar benar bermaksud menolong dia?”
Oik
mengangkat bahu dan sinarnya bertambah terang. Ia tersipu malu. “ya,” jawabnya.
“tidak ada bukti bahwa shilla mengambil mahkota”
“belum ada bukti,” gerutu keke. Ia berbalik dan mengajak
ourel, ify, serta zevana kemeja besar diujung ruang santai. Mereka meletakkan
seprai serta sarung bantal dan mulai melipatnya.
“dengar, sayang” kata shilla. Ia terbang menyebrangi
ruangan, mendekati dan memerhatikan para peri. “yang ingin kuketahui hanyalah,
kapan kalian masing masing terakhir kali melihat mahkota itu. Bukankah memang
kewajiban kalian, sebagai dayang dayang ratu, untuk merawat semua miliknya?
Tapi siapa tahu, kali ini ada yang terlupakan? Mungkin kalian tidak ingat,
kapan terakhir kali melihat mahkota itu?”
Harga
diri para peri terusik gara gara tantangan shilla
“tentu saja kami ingat!” protes ourel. “terakhir kali aku
melihat mahkota itu adalah dua hari lalu, dimalam hari. Aku menyimpannya
kembali kedalam lemari setelah ratu winda memakainya dalam acara makan malam.”
Keke
mengangguk. “betul,” katanya sambil menambahkan seprai yang sudah terlipat ke
atas tumpukan cucian yang semakin tinggi. “aku melihat ourel menyimpannya malam
itu. Aku ada disini, dikamar, ketika dia melakukannya. Itulah terakhir kali aku
melihat mahkota itu”
Zevana
meluruskan lipatan lipatan sebuah sarung bantal. “aku melihat mahkota itu
kemarin pagi,” katanya. “ify mengeluarkannya dari lemari untuk memeriksanya,
agar dia yakin mahkota itu siap dipakai kepesta. Betul, kan, ify?”
“ya, betul” ify menjawab. “aku mengeluarkan mahkota itu dan
mulai membersihkannya. Lalu, kuperhatikan, ada penyok kecil pada logamnya” ify
menatap kawan kawannya sesama peri. “yah, kurasa tidaklah pantas ratu memakai
mahkota yang ada cacatnya dipestanya sendiri” peri yang lain mengangguk. “maka
kubawa mahkota itu ke bengkel mahkota untuk diperbaiki”
Shilla
bergerak gerak gembira disisi ify. “kapan itu?” tanya shilla
“kemarin pagi” jawab ify,
lalu menjelaskan bagaimana ia telah memasukkan mahkota itu ketas beledu
hitamnya, membawanya kebengkel perbaikan mahkota, dan meninggalkannya pada
gabriel, peri laki laki ahli memperbaiki mahkota. “kukatakan pada gabriel
bagian mana yang perlu diperbaiki. Kukatakan juga, perbaikan harus dilakukan
dengan segera. Dan kuminta dia mengembalikannya keruang ratu begitu selesai
memperbaikinya”
“oh, begitu” kata shilla. “dan dia mengembalikannya?”
Ify
mengangguk yakin. “ya,” katanya. Lalu alisnya berkerut. “maksudku, kurasa
begitu” wajahnya memerah. “yah, sesungguhnya aku tidak yakin”
Ketiga
dayang lainnya berhenti melipat. Mereka menatap ify. “ify” kata keke, terkejut,
“apa maksudmu, kau tidak yakin?”
“mak....maksudku” ujar ify gugup, “kukatakan pada gabriel,
aku mungkin tidak ada disini saat dia mengembalikannya. Aku pasti sibuk keluar
masuk. Kukatakan, dia boleh memberikannya pada salah satu diantara kita, siapa
pun yang kebetulan ada ditempat.” Ify menatap kawan kawannya satu persatu.
“apakah ada diantara kalian yang melihat dia mengembalikannya kemarin?”
tanyanya penuh harap
Keke
menggeleng
“aku tidak” kata ourel
“aku juga tidak” kata zevana
Ify
menutupi mulutnya dengan tangan. Walaupun begitu masih terdengar seruannya,
“oh, tidak!”
Oik
menatap shilla dengan secercah harapan. “kalau ify membawa mahkota itu ke
gabriel” kata oik, “dan tak seorangpun diantara kalian melihat mahkota itu
setelahnya, berarti...”
Shilla
melesaat kepintu. “ayo, oik” serunya. “kita harus mengunjungi ahli memperbaiki
mahkota itu”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar